Jakarta (ANTARA News) - Situs kencan online eSynchrony menawarkan perkenalan secara online maupun offline dengan bantuan perantara konsultan.

"Sekarang banyak orang menggunakan smartphone untuk bertemu orang," kata pendiri dan pimpinan Lunch Actually Group, perusahaan yang membuat eSynchrony, Violet Liem, saat peluncuran situs tersebut di Jakarta, Selasa (19/1).

Violet menargetkan mereka yang sangat sibuk sehingga tidak dapat menjaga keseimbangan kehidupan sosial mereka.

Caranya, pengguna mendaftar di situs tersebut dan diminta mengisi sejumlah data hingga mengunggah identitas yang diperlukan, bila pernah bercerai misalnya, untuk memastikan ia adalah seorang lajang.

Pengguna juga diminta menjawab sejumlah pertanyaan oleh situs tersebut.

Data yang diunggah pengguna kemudian diverifikasi oleh konsultan eSynchrony sebelum dicarikan calon pasangan yang memiliki kecocokan dengan pengguna tersebut berdasarkan algoritma.

"Kecocokan 70 persen, baru dikenalkan," kata Liem.

Berbeda dengan situs maupun aplikasi berkencan yang telah ada sebelumnya, perusahaan asal Singapura ini tidak menyediakan fitur obrolan antar pengguna sehingga percakapan baru bisa terjadi setelah mereka direkomendasikan oleh konsultan.

Pengguna pun baru dapat melihat foto profil pengguna lainnya bila memang mereka direkomendasikan untuk berkenalan.

Setelah dikenalkan, pengguna dapat memulai obrolan berupa pertanyaan yang telah disediakan oleh situs beserta pilihan jawaban (bersifat pilihan ganda) untuk dapat menilai calon pasangan.

Liem menilai model obrolan seperti itu dibuat untuk menilai kualitas jawaban calon pasangan dan menghindari kekakuan saat memulai obrolan.

"Terkadang orang bingung mau mengobrol apa," kata dia.

Bila merasa cocok, calon pasangan dapat melaporkan ke konsultan bahwa mereka ingin bertemu.

Konsultan akan membantu mengatur kapan dan di mana mereka akan bertemu.

Usai bertemu, pengguna diminta memberi umpan balik pada konsultan untuk memberi tahu apakah mereka ingin melanjutkan perkenalan tersebut.

Liem mengatakan orang yang bergabung dengan situs tersebut umumnya adalah mereka yang serius mencari pasangan.

Selain berbayar, dimulai dari Rp 800.000, orang yang ingin mencari pasangan pun harus mengalokasikan waktu sekitar 30-50 menit untuk mengisi kuesioner dan lainnya.

"Mereka punya tujuan yang lebih serius untuk mencari dan menemukan pasangan," kata Liem.

Penggunaan algoritma untuk mencari pasangan telah digunakan di situs kencan online lainnya yang ada di Indonesia, misalnya Setipe.

Pengguna aplikasi Setipe diminta menjawab 140 pertanyaan psikologis yang jawabannya akan dicocokkan oleh sistem dengan pengguna lainnya.

Setelah melihat profil pengguna secara umum, mereka dapat memilih untuk mengobrol dengan orang tersebut atau tidak. Bila tidak, sistem akan mencarikan orang lain.