Dubai (ANTARA News) - Pembelian lebih dari 100 pesawat Airbus mungkin menjadi salah satu kesepakatan bisnis besar Iran dalam perdagangan dan investasi yang bisa menggairahkan ekonomi Timur Tengah.

"Kaki-kaki ekonomi Iran kini bebas dari belenggu sanksi, dan kini saatnya membangun dan bertumbuh," cuit Presiden Hassan Rouhani, sehari setelah negara-negara besar mencabut sanksi kepada Tehran karena negara ini dianggap mematuhi kesepakatan menjauhi program nuklirnya.

Beberapa jam sebelumnya menteri perhubungan Abbas Akhoondi berkata kepada kantor berita Tasnim bahwa Iran berniat membeli 114 pesawat sipil dari Airbus seharga total 10 miliar dolar AS.

Airbus mengakui belum berbicara dengan Iran dan mengaku berbisnis dengan Iran akan terus menghadapi kendala besar di kemudian masa.

Hambatan-hambatan itu berupa bank-bank Iran yang dililit utang, sistem hukum yang primitif, dan pasar buruh yang tidak fleksibel.

Banyak perusahaan asing yang masih ragu berinvestasi di Iran karena khawatir sanksi itu kembali diterapkan jika Iran kemudian didapati melanggar kesepakatan nuklir.

Tetapi Airbus sulit memupus atraktifnya pasar Iran dengan 80 juta penduduk dan PDB sekitar 400 miliar dolar AS. Ini adalah ekonomi terbesar yang kembali ke sistem perdagangan global sejak Uni Soviet pecah dua dekade silam.

Iran juga bakal segera dialiri uang banyak dari luar negeri karena pemerintahnya mendapatkan kembali akses ke puluhan miliar dolar AS asset-asset mereka di luar negeri yang dibekukan karena sanksi.

AS memperkirakan jumlah dana yang dibuka lagi untuk Iran mencapai 100 miliar dolar AS.

Iran juga akan mencapai kembali kekuatan ekonominya berkat meningkatnya ekspor minyak, kendati harga minyak saat ini rendah, demikian Reuters.