Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Sutiyoso, enggan banyak berkomentar soal Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang dianggap meresahkan dalam beberapa waktu terakhir.

"Nantilah, kalau itu masih kita dalami. Nanti kalau dapat, karena kalau BIN yang ngomong harus A1 soalnya. Kita dalami," kata Sutiyoso, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan pihaknya belum mendapatkan informasi utuh 100 persen terkait Gafatar.

Namun ia berjanji jika ada indikasi penyimpangan yang sangat mengganggu terkait Gafatar, BIN akan segera mengumumkannya kepada masyarakat luas.

"Yaa... masih didalami khan, aku belum ngerti khan, kalau memang indikasi-indikasinya seperti itu, khan nanti kita akan umumkan. Sekarang belum bisa komen," katanya.

Gafatar bisa dikatakan bukan sepenuhnya organisasi yang baru berdiri.

Pendeklarasian yang dilakukan pada 21 Januari 2012 di gedung JIEXPO Kemayoran semakin mengukuhkan keberadaan organisasi yang diketuai oleh Mahful M. Tumanurung ini.

Keberadaan Gafatar dalam beberapa waktu terakhir dianggap meresahkan pasca-hilangnya sejumlah orang yang diduga bergabung dalam organisasi tersebut.

Misalnya saja beberapa warga Yogyakarta dan sekitarnya hilang diduga ikut Gafatar.

Diduga ada empat orang yang berasal dari DIY hilang karena mengikuti gerakan ini yakni dr Rica Tri Handayani dan anaknya, Diah Ayu Yulianingsih, seorang ibu dengan satu anak dari Sleman; seorang PNS RSUP Dr Sardjito berinisial ES; serta Ahmad Kevin Aprilio pelajar SMA yang hilang bersama ayahnya.