Abrasi di objek wisata kuliner Jembrana makin parah
11 Januari 2016 01:39 WIB
Ilustrasi. Sebuah bangunan rubuh akibat abrasi pantai di Pasie Nan Tigo, Padang, Sumbar, Selasa (15/7). Data BPBD Padang sebanyak 12 unit rumah mengalami kerusakan karena abrasi di sepanjang kawasan Pantai Pasie Nan Tigo sepekan terakhir. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
Negara (ANTARA News) - Abrasi yang menggerus objek wisata kuliner di Desa Banyubiru, Kabupaten Jembrana, Bali belum teratasi bahkan semakin parah.
Beberapa warga yang ditemui, Minggu mengatakan ombak besar menerjang wilayah tersebut satu pekan terakhir yang menyebabkan lima rumah warga hancur.
"Karena sebagian besar rumah warga juga berfungsi sebagai warung lesehan ikan bakar, otomatis usaha kami juga terancam," kata Anisa, salah seorang warga.
Untuk mengatasi abrasi, warga memasang batu-batu yang diikat dengan tali tampar berbentuk jaring, namun tidak bisa bertahan lama dari gempuran ombak.
Selain merusakkan lesehan ikan bakar yang menjadi objek wisata kuliner serta rumah, abrasi juga menggerus gedung sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) di wilayah tersebut hingga beberapa bagian bangunan kelas hancur.
Untuk menopang atap karena bagian dinding hingga pondasinya tergerus air, pihak sekolah memasang kayu penyangga serta mengungsikan murid kelas I hingga IV ke tempat yang lebih aman, sementara gedung tersebut hanya dipergunakan untuk murid kelas V dan VI.
Sri Astuti, salah seorang pemilik warung lesehan ikan bakar mengatakan abrasi mulai terjadi di wilayah tersebut sejak dua tahun terakhir namun belum ada penanganan dari pemerintah.
"Sebagian bangunan warung saya sudah habis digerus abrasi. Lama-lama, semuanya yang ada disini juga akan habis," katanya.
Warga lainnya seperti Suandi dan Nur Hakim yang tinggal di dekat pantai mengaku takut untuk tidur pada malam hari karena ombak besar mengancam rumah mereka.
Warung lesehan di Dusun Pabuahan seluruhnya berdiri di pinggir pantai yang menjadi daya tarik pengunjung, dan cukup terkenal di Kabupaten Jembrana.
Beberapa warga yang ditemui, Minggu mengatakan ombak besar menerjang wilayah tersebut satu pekan terakhir yang menyebabkan lima rumah warga hancur.
"Karena sebagian besar rumah warga juga berfungsi sebagai warung lesehan ikan bakar, otomatis usaha kami juga terancam," kata Anisa, salah seorang warga.
Untuk mengatasi abrasi, warga memasang batu-batu yang diikat dengan tali tampar berbentuk jaring, namun tidak bisa bertahan lama dari gempuran ombak.
Selain merusakkan lesehan ikan bakar yang menjadi objek wisata kuliner serta rumah, abrasi juga menggerus gedung sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) di wilayah tersebut hingga beberapa bagian bangunan kelas hancur.
Untuk menopang atap karena bagian dinding hingga pondasinya tergerus air, pihak sekolah memasang kayu penyangga serta mengungsikan murid kelas I hingga IV ke tempat yang lebih aman, sementara gedung tersebut hanya dipergunakan untuk murid kelas V dan VI.
Sri Astuti, salah seorang pemilik warung lesehan ikan bakar mengatakan abrasi mulai terjadi di wilayah tersebut sejak dua tahun terakhir namun belum ada penanganan dari pemerintah.
"Sebagian bangunan warung saya sudah habis digerus abrasi. Lama-lama, semuanya yang ada disini juga akan habis," katanya.
Warga lainnya seperti Suandi dan Nur Hakim yang tinggal di dekat pantai mengaku takut untuk tidur pada malam hari karena ombak besar mengancam rumah mereka.
Warung lesehan di Dusun Pabuahan seluruhnya berdiri di pinggir pantai yang menjadi daya tarik pengunjung, dan cukup terkenal di Kabupaten Jembrana.
Pewarta: Gembong Ismadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: