Raonic melepaskan serve-serve kerasnya, namun justru pukulan-pukulan groundstroke petenis Kanada itu yang terlihat begitu impresif ketika ia mengungguli petenis Swiss itu dengan penampilan cemerlang melalui pukulan-pukulan dari baseline.
Federer, yang tidak tertahankan saat memenangi semifinal atas Dominic Thiem, tampil buruk sejak awal di Pat Rafter Arena dan lawannya yang berusia 25 tahun itu berulang kali membalas pukulan backhandnya.
Dikalahkan melalui pertandingan tiga set tahun lalu, Raonic memenangi pertandingan ulangan untuk mengunci gelar tur kedelapannya dan melengkapi persiapan sempurna untuk upayanya meraih gelar grand slam perdana di Australia Terbuka yang akan dimulai pada akhir bulan ini.
Menutup pertandingan dengan pukulan serve keras yang hanya dapat dibalas Federer dengan pukulan melambung, Raonic berteriak saat memastikan kemenangan, setelah mengalahkan juara Grand Slam sebanyak 17 kali itu untuk kedua kalinya dalam 11 pertemuan.
Ia menerima trofi pemenang dari legenda Australia berusia 77 tahun Rod Laver, satu-satunya petenis yang mampu melengkapi gelar grand slam dalam satu tahun kalender sebanyak dua kali.
"Mudah-mudahan (kita memiliki) tahun yang lebih baik pada tahun ini dibanding sebelumnya," kata Raonic saat memberi pidato kemenangannya, yang berisi pesan kedamaian.
"Saya berharap pada 2016 kita belajar untuk sedikit lebih banyak mencintai satu sama lain dan dunia menjadi tempat yang lebih aman."
Meski kerap mengernyitkan alis sepanjang pertandingan dan memperlihatkan bahasa tubuh negatif yang jarang dilakukannya, Federer menerima kekalahannya namun mengacu pada penyakit flu yang telah menyulitkannya sepanjang pekan.
"Saya ingin memberi selamat kepada Milos untuk start hebatnya," ucap petenis 34 tahun itu.
"Tahun ini Anda layak menerimanya, bermain baik dan semoga beruntung di Australia Terbuka."
"Saya sedikit sakit namun kami menembus final."
Kerap disebut-sebut akan mampu mengguncang kemapanan dunia tenis, Raonic memperlihatkan ketenangan luar biasa untuk merespon rasa frustrasi lawannya dan mematahkan serve Federer pada game kesembilan di set pembukaan.
Federer melepaskan pukulan forehand yang terlalu panjang untuk membuatnya kalah pada set itu, dan kemudian menyia-nyiakan peluang untuk mematahkan serve Raonic pada awal set kedua dengan melepaskan pukulan backhand panjang.
Gagal memaksimalkan pukulan forehand kemenangan, Federer menyerah pada break point dan Raonic mengamankan break menentukan pada game kedelapan.
Federer berjuang keras untuk menyamakan set, namun serve Raoinic terbukti tidak dapat ditembus. Demikian laporan Reuters.
(Uu.H-RF/I015)