Organda Jateng: penurunan harga BBM belum pengaruhi tarif
10 Januari 2016 18:09 WIB
Ilustrasi--Penyesuaian Tarif Angkutan Umum. Sejumlah angkutan umum mengisi bahan bakar di salah satu SPBU di Jalan Cut Meutia, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (8/1). Menurut Kepala Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Bekasi belum ada penyesuain tarif angkutan umum di wilayah tersebut pasca turunnya harga BBM jenis premium dan solar. (ANTARA FOTO/Risky Andrianto) ()
Semarang (ANTARA News) - Organisasi Angkutan Darat (Organda) Jawa Tengah mengatakan penurunan harga bahan bakar minyak belum mampu memengaruhi tarif angkutan umum.
"Tarif angkutan umum baru bisa turun cukup signifikan apabila harga BBM turun sebesar 40 persen," kata Wakil Ketua Bidang Organisasi Organda Jawa Tengah Dedi Sudiardi di Semarang, Minggu.
Menurut dia, dengan penurunan harga BBM hingga 40 persen maka penurunan tarif angkutan umum bisa mencapai 20 persen.
Penurunan tarif tersebut dinilainya akan memberikan keuntungan bagi masyarakat maupun para pengusaha angkutan umum.
Dedi juga mengatakan jika penurunan harga BBM beberapa waktu lalu harus diikuti dengan penurunan tarif angkutan umum maka akan memberatkan para pengusaha maupun pengemudi.
Dari seluruh ongkos operasional perusahaan angkutan umum, biaya untuk konsumsi BBM hanya 15 persen, sedangkan biaya yang paling tinggi atau lebih dari 50 persennya adalah biaya untuk suku cadang dan perawatan.
Padahal, hingga saat ini harga suku cadang belum mengalami penurunan.
Dia mengakui beberapa waktu lalu atau tepatnya saat mata uang dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan dibandingkan dengan rupiah berdampak pada kenaikan harga suku cadang.
"Namun harga suku cadang tidak mengalami penurunan saat dolar AS beberapa waktu lalu sempat melemah. Jadi kami juga tidak bisa begitu saja menurunkan tarif angkutan umum," katanya.
Di sisi lain, beberapa waktu terakhir ini jumlah penumpang angkutan umum terus mengalami penurunan seiring dengan tingginya jumlah kendaraan pribadi baik mobil maupun kendaraan roda dua.
"Keadaan ini cukup mempersulit kami, kalau kami menurunkan tarif tentu omzet akan jauh berkurang," katanya.
Belum lagi, pihaknya juga harus membayar tenaga kerja yang mengoperasikan kendaraan umum tersebut.
Menurut dia, jika tarif dikurangi akan berdampak pada turunnya upah yang diberikan oleh pengusaha kepada para pengemudi.
"Padahal, sekarang ini harga kebutuhan pokok terus meningkat. Kalau upah mereka kami turunkan kan kasihan," katanya.
Oleh karena itu, ia berharap semua pihak dapat memahami upaya Organda untuk tidak menurunkan tarif tersebut.
"Tarif angkutan umum baru bisa turun cukup signifikan apabila harga BBM turun sebesar 40 persen," kata Wakil Ketua Bidang Organisasi Organda Jawa Tengah Dedi Sudiardi di Semarang, Minggu.
Menurut dia, dengan penurunan harga BBM hingga 40 persen maka penurunan tarif angkutan umum bisa mencapai 20 persen.
Penurunan tarif tersebut dinilainya akan memberikan keuntungan bagi masyarakat maupun para pengusaha angkutan umum.
Dedi juga mengatakan jika penurunan harga BBM beberapa waktu lalu harus diikuti dengan penurunan tarif angkutan umum maka akan memberatkan para pengusaha maupun pengemudi.
Dari seluruh ongkos operasional perusahaan angkutan umum, biaya untuk konsumsi BBM hanya 15 persen, sedangkan biaya yang paling tinggi atau lebih dari 50 persennya adalah biaya untuk suku cadang dan perawatan.
Padahal, hingga saat ini harga suku cadang belum mengalami penurunan.
Dia mengakui beberapa waktu lalu atau tepatnya saat mata uang dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan dibandingkan dengan rupiah berdampak pada kenaikan harga suku cadang.
"Namun harga suku cadang tidak mengalami penurunan saat dolar AS beberapa waktu lalu sempat melemah. Jadi kami juga tidak bisa begitu saja menurunkan tarif angkutan umum," katanya.
Di sisi lain, beberapa waktu terakhir ini jumlah penumpang angkutan umum terus mengalami penurunan seiring dengan tingginya jumlah kendaraan pribadi baik mobil maupun kendaraan roda dua.
"Keadaan ini cukup mempersulit kami, kalau kami menurunkan tarif tentu omzet akan jauh berkurang," katanya.
Belum lagi, pihaknya juga harus membayar tenaga kerja yang mengoperasikan kendaraan umum tersebut.
Menurut dia, jika tarif dikurangi akan berdampak pada turunnya upah yang diberikan oleh pengusaha kepada para pengemudi.
"Padahal, sekarang ini harga kebutuhan pokok terus meningkat. Kalau upah mereka kami turunkan kan kasihan," katanya.
Oleh karena itu, ia berharap semua pihak dapat memahami upaya Organda untuk tidak menurunkan tarif tersebut.
Pewarta: Aris W Widiastuti
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: