Philadelphia, Amerika Serikat (ANTARA News) - Seorang pria bersenjata yang bersumpah setia kepada ISIS melepaskan tembakan untuk melukai secara serius seorang polisi Philadelphia dan mengaku dia menyergap mobil patroli polisi itu "atas nama Islam".

Pria bernama Edward Archer itu mendekati petugas polisi Jesse Hartnett (33) sebelum tengah malam dan melepaskan 11 kali tembakan yang tiga di antaranya mengenai lengan Harnett.

Dari kamera CCTV pria berjubah putih ini berjalan mendekati mobil polisi dan kemudian melepaskan tembakan sampai dalam jarak yang dekat sekali ke polisi itu.

Hartnett mengejar Archer yang kemudian ditangkap rekan-rekan polisi Harnett yang menjawab panggilan daruratnya.

Archer mengaku melakukan tindakan ini atas nama Islam dan juga menyebut-nyebut ISIS.

Agen khusus FBI Eric Ruona mengatakan Archer pernah pergi ke Arab Saudi pada 2011 dan Mesir pada 2012 dan kedua perjalanan itu kini tengah diselidiki polisi. Tak ada bukti Archer bertindak bersama orang lain.

Wali Kota Philadelphia Jim Kenney tidak percaya tindakan Archer itu dilandasi pemikiran Islam. "Ini adalah ulah kriminal beserta senjata curiannya," kata Kenney.

Dewan Hubungan Amerika-Islam yang menjadi kelompok pembela utama muslim di AS menyatakan bahwa Archer bukan muslim yang saleh.

Bahkan imam Masjid Mujahideen yang letaknya berdekatan dengan rumah Archer, Imam Asim Abdur-Rashid, mengaku tidak mengenal Archer dan tidak pernah melihat Archer sembahyang di mesjid ini.

"Tidak ada konflik antara kami dengan siapa pun di dunia ini," kata Abdur-Rashid.

Tetapi tetangganya menggambarkan Archer sebagai pria yang sopan, bahkan seorang tetangga bernama Natalie King (68) mengenal sang pria dengan sebutan "Eddie" dan pria ini biasa shalat jumat di mesjid itu.

"Dia anak yang baik. Saya kaget," kata King.

Lusinan agen FBI menggeledah sebuah rumah bertingkat di Philadelphia Barat di mana Archer diyakini tinggal dan rumah kedua di luar kota itu di mana ibundanya tinggal.

Archer ternyata punya catatan kejahatan. Pengadilan pernah memvonisnya bersalah pada 2014 karena kasus penyerangan dan membawa senjata tanpa izin. Dia divonis penjara santara sembilan sampai 23 bulan.

Ibudanya kepada Philadelphia Inquirer mengatakan bahwa putra tertua dari tujuh anaknya itu menderita gegar otak akibat olah raga dan sempat mengalami kecelakaan.

"Dia bertindak agak aneh belakangan ini," kata ibundanya, Valerie Holliday, seperti dikutip Reuters.