Riyadh (ANTARA News) - Perusahaan milik negara Arab Saudi, Aramco, yang merupakan produsen dan eksportir minyak mentah terbesar di dunia, Jumat waktu setempat, menyatakan tengah mempertimbangkan untuk "go public" atau melakukan penawaran saham perdana ke bursa saham (IPO).

Perusahaan itu menyatakan tengah mempelajari berbagai opsi yang membolehkan partisipasi luas publik dalam ekuitasnya.

Ini ditempuh dengan mencatatkan sahamnya di bursa efek dalam persentase yang pantas untuk saham perusahaan atau mencatatkan beberapa anak perusahaannya.

"Proposal ini konsisten dengan arah besar dan progresif yang dituju kerajaan untuk reformasi, termasuk swastanisasi berbagai sektor ekonomi Saudi dan deregulasi pasar yang didorong kuat-kuat oleh perusahaan," kata Aramco.

Pernyataan itu muncul sehari setelah The Economist menerbitkan wawancara dengan Wakil Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman yang menyatakan penawaran saham sedang dikaji.

Aramco mengatakan, setelah mempelajari opsi-opsi, kesimpulan akan dipresentasikan kepada dewan direksi yang akan membuat rekomendasi kepada Dewan Tertinggi perusahaan.

Dewan ini diketuai oleh Pangeran Mohammed dan dinaungi Saudi Aramco sejak dipisahkan dari kementerian perminyakan tahun lalu.

Kerajaan Saudi dihadapkan pada tantangan-tantangan ekonomi yang tidak biasa akibat anjloknya harga minyak dunia.

Pekan lalu, Saudi mencatat defisit 98 miliar dolar AS pada 2015. Dan angka ini semakin terperosok tahun ini menjadi 87 miliar dolar AS, dengan asumsi harga minyak saat ini 34 dolar AS per barel, jauh di bawah harga 100 dolar AS per barel pada awal 2014.

Negeri yang berdakade-dekade silam kaya makmur ini pekan lalu mengumumkan anggaran yang menaikkan harga minyak, listrik, air dan lainnya.

Dalam wawancaranya, Mohammed mengatakan penawaran saham tengah dikaji dan akan direalisasikan dalam beberapa bulan ke depan.

Secara pribadi dia antusiastis dengan langkah demi kepentingan pasar ini, perusahaan, dan transparansi yang lebih luas.

Mohammed, putra Raja Salman, adalah juga menteri pertahanan dan kepala dewan koordinasi ekonomi Saudi.

Merosotnya harga minyak sebagian besar diakibatkan oleh kebijakan Arab Saudi sendiri dan anggota-anggota Organisasi Pengekspor Minyak OPEC karena mereka menolak memangkas produksi minyak mentah demi menghantam produsen minyak non OPEC seperti AS.

Para analis memperkirakan Saudi hanya akan melepaskan porsi kecil dari saham Aramco ke publik, demikian AFP.