Jakarta (ANTARA NeWs) - Pemerintah meminta Bank Indonesia (BI) agar selalu mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan rencana kebijakan moneter yang akan ditempuh otoritas moneter itu, karena kebijakan moneter dan kebijakan fiskal akan saling mempengaruhi. "Berbagai hal harus dikoordinasikan dan dikomunikasikan, seperti design instrumennya, kapan mengeluarkan, dan bagaimana pengaruhnya terhadap kondisi moneter maupun fiskal, karena dua-duanya saling mempengaruhi," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani. Menteri Keuangan menyatakan hal itu menanggapi rencana BI menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jangka waktu 6 bulan dan 9 bulan, seusai mengikuti rapat Pansus Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) di Gedung DPR/MPR Jakarta, Kamis. Menkeu menyebutkan selama ini BI dan pemerintah selalu mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan berbagai rencana kebijakan masing-masing pihak. "Kita selalu berkomunikasi kok," katanya. Ketika ditanya apakah rencana penerbitan SBI 6 bulan dan 9 bulan tidak akan mempengaruhi rencana penerbitan surat perbendaharaan negara (SPN), Menkeu mengatakan hal itu tidak masalah, karena negara-negara maju memiliki banyak ragam instrumen dengan jatuh tempo yang berbeda-beda. "Di negara maju itu, instrumennya sangat lengkap dengan jatuh tempo yang berbeda-beda. Ada yang sangat jangka pendek, ada yang 3 bulan, 6 bulan, hingga 1 tahun," katanya. Sebelumnya BI merencanakan akan menerbitkan instrumen moneter SBI dengan jangka waktu lebih panjang yaitu 6 dan 9 bulan, sehingga diperoleh "yield curve" yang lebih baik atau tidak patah-patah. "Selain itu, BI juga akan mencoba mengoperasikan repo yang lebih aktif serta melihat kemungkinan menerbitkan yang lebih pendek," kata Gubernur BI Burhanuddin Abdullah. Rencananya, instrumen tambahan ini mulai diterbitkan semester kedua tahun 2007 dan rencana tersebut masih akan didiskusikan. "Saya kira minggu ini akan melakukan diskusinya. Hasilnya belum bisa diimplementasikan segera. Masih butuh transisi untuk implementasinya sekitar 3 bulan. Pada semester kedua kita harapkan sudah mulai ada, tetapi gagasannya seperti itu apakah implementable atau tidak kita akan lihat nanti. Sampai saat ini kita masih menggunakan SBI yang 1 bulan," katanya. BI juga akan mengkaji menerbitkan suku bunga harian antarbank (interbank overnight rate) mengingat penerbitan suku bunga harian antarbank itu sudah dilakukan oleh negara lain dan berhasil. "Kita ingin apa yang kita lakukan itu, memakai `bench mark` yang dilakukan di negara lain yang sudah berhasil. Kita secara bertahap menuju kesana," kata Burhanuddin. Burhanuddin mengatakan suku bunga BI yang menjadi referensi selama ini masih kaku sehingga BI mempertimbangkan berbagai kemungkinan dalam pelaksanaan operasi moneter. "Selama ini yang menjadi referensi adalah BI Rate. Referensi ini masih agak kaku. Kita masih melihat kemungkinan perbaikan dalam pelaksanaan operasi moneter ini," katanya. (*)