Pemerintah berencana beri penghargaan kepada Edhi Soenarso
7 Januari 2016 18:54 WIB
Sejumlah kendaraan melaju di sekitar Monumen Patung Dirgantara atau lebih dikenal dengan nama Patung Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (28/4). Patung yang dibuat atas permintaan Presiden Soekarno tersebut memiliki berat total 11 ton yang pembangunannya selesai pada akhir tahun 1966. (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berencana memberikan penghargaan kepada mendiang pematung Edhi Soenarso atas karya-karya seninya yang legendaris.
"Kemarin saat ada kabar meninggalnya Pak Edhi, saya dan Pak Menteri (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan) langsung komunikasi, mau membuat acara sebagai penghargaan terhadap beliau," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, saat ditemui ANTARA News, Kamis.
Menurut Hilmar yang baru dilantik pada 31 Desember 2015 itu, acara pemberian penghargaan kepada seniman patung itu masih digodok.
Edhi Soenarso telah menghasilkan karya besar dan legendaris seperti Monumen Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia, Patung Dirgantara atau yang lebih dikenal dengan Patung Pancoran, dan Monumen Pembebasan Irian Barat.
"Nanti dalam acara tersebut bisa juga ada pemutaran film dokumenter dari biografi Pak Edhi, pembagian buku, dan pemberian penghargaan untuknya," tutur Hilmar.
Ia menambahkan Mendikbud Anies pun berencana membuat plakat tentang biografi singkat Edhi di lokasi karya-karya pematung yang baru saja berpulang pada Senin (4/1) di usia 83 tahun itu.
"Ada wacana (pemberian anugerah) tetapi nanti pekan depan kalau bisa kami kumpulkan orang-orang di bidang tersebut untuk bicarakan soal ini," jelas Hilmar yang juga merupakan sejarawan dan penulis buku "Kisah Tiga Patung", buku yang menceritakan kisah-kisah patung buatan Edhi Soenarso.
Hilmar menilai, tidak banyak yang mengetahui sosok Edhi padahal karya-karyanya selama ini tidak asing bagi masyarakat Indonesia.
"Berapa sih orang yang tahu? Banyak orang yang tahu sosoknya setelah beliau meninggal," kata Hilmar.
Edhie Soenarso tutup usia di RS Jogja International, Yogyakarta, pada pukul 23.15 WIB, Senin (4/1). Sebelum menjadi seniman patung, Edhi mengawali karirnya sebagai tentara dengan bergabung bersama pasukan Samber Nyawa Divisi I, Batalyon III, dan Resimen V Siliwangi pada zaman perjuangan kemerdekaan.
"Kemarin saat ada kabar meninggalnya Pak Edhi, saya dan Pak Menteri (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan) langsung komunikasi, mau membuat acara sebagai penghargaan terhadap beliau," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, saat ditemui ANTARA News, Kamis.
Menurut Hilmar yang baru dilantik pada 31 Desember 2015 itu, acara pemberian penghargaan kepada seniman patung itu masih digodok.
Edhi Soenarso telah menghasilkan karya besar dan legendaris seperti Monumen Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia, Patung Dirgantara atau yang lebih dikenal dengan Patung Pancoran, dan Monumen Pembebasan Irian Barat.
"Nanti dalam acara tersebut bisa juga ada pemutaran film dokumenter dari biografi Pak Edhi, pembagian buku, dan pemberian penghargaan untuknya," tutur Hilmar.
Ia menambahkan Mendikbud Anies pun berencana membuat plakat tentang biografi singkat Edhi di lokasi karya-karya pematung yang baru saja berpulang pada Senin (4/1) di usia 83 tahun itu.
"Ada wacana (pemberian anugerah) tetapi nanti pekan depan kalau bisa kami kumpulkan orang-orang di bidang tersebut untuk bicarakan soal ini," jelas Hilmar yang juga merupakan sejarawan dan penulis buku "Kisah Tiga Patung", buku yang menceritakan kisah-kisah patung buatan Edhi Soenarso.
Hilmar menilai, tidak banyak yang mengetahui sosok Edhi padahal karya-karyanya selama ini tidak asing bagi masyarakat Indonesia.
"Berapa sih orang yang tahu? Banyak orang yang tahu sosoknya setelah beliau meninggal," kata Hilmar.
Edhie Soenarso tutup usia di RS Jogja International, Yogyakarta, pada pukul 23.15 WIB, Senin (4/1). Sebelum menjadi seniman patung, Edhi mengawali karirnya sebagai tentara dengan bergabung bersama pasukan Samber Nyawa Divisi I, Batalyon III, dan Resimen V Siliwangi pada zaman perjuangan kemerdekaan.
Pewarta: Monalisa
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016
Tags: