Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan otomotif asal Tiongkok PT Saic General Motors Wuling (SGMW) yang tengah membangun pabrik di Cikarang, Jawa Barat, mengaku optimistis bisa bersaing di kelas "multi purpose vehicle" atau MPV.

Presiden Direktur SGMW Xu Feiyun di Kawasan Industri Delta Mas Cikarang, Jawa Barat, Kamis, mengatakan pihaknya fokus menggarap pasar MPV karena pasarnya yang besar di Indonesia, meski telah disesaki jajaran produk Jepang atau Amerika Serikat.

"Pasarnya besar karena konsumen Indonesia banyak yang mementingkan keluarga. Maka, MPV akan selalu jadi pilihan. Atas itulah kami bersaing di pasar ini," ucapnya.

Feiyun juga yakin pihaknya mampu bersaing di kelas tersebut. Terlebih, pabrikan otomotif itu mengklaim memiliki kelebihan dari sisi fungsi. "Kami bisa bersaing di pasar ini," tegasnya.

Perusahaan patungan bentukan SAIC Motor Corporation Ltd, General Motors dan Guangxi Automobile Group itu mengaku menginvestasikan 418 juta dolar AS untuk keseluruhan proyek yang rencananya akan mulai berproduksi penuh pada Juli 2017 sejak peletakan batu pertama pada Agustus 2015.

Ada dua produk MPV yang akan diluncurkan dari pabrik pertama di Indonesia itu. Namun, Feiyun enggan mengungkap rincian desain dan harga produk otomotif tersebut.

Perusahaan itu menargetkan 120.000 unit mobil diproduksi setiap tahunnya dengan penyerapan tenaga kerja sekitar 2.000 orang.

Proyek tersebut menempati lahan seluas 60 hektare yang separuhnya diperuntukkan bagi "Supplier Industrial Park", yang akan dibangun oleh PT SAIC International Indonesia.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani dalam kunjungan ke pabrik SGMW mengapresiasi investasi Wuling dan mendorong mereka menjadikan Indonesia sebagai basis produksi di ASEAN.

Menurut dia, dengan menjadi basis produksi di Asia Tenggara, Indonesia menikmati keuntungan berupa penyerapan tenaga kerja, pendapatan pajak serta potensi ekspor produk otomoatif.

"Wuling itu nomor satu di Tiongkok, bersama General Motors, tentu akan menjadikan kualitas mobil ini masuk standar internasional. Jadi kami tidak cukup hanya lihat nilai investasinya, tapi kualitas investasinya juga," ujarnya.