Syahrul Limpo punya wibawa persatukan Partai Golkar
3 Januari 2016 18:09 WIB
Dokumentasi Ketua Dewan Pertimbangan DPP Partai Golkar, Akbar Tandjung (kanan), saat memberi keterangan pers didampingi anggota dewan pertimbangan golkar lainnya di Akbar Tandjung Institute, Jakarta, Selasa (29/12). Dewan Pertimbangan Golkar menyatakan untuk menyelesaikan perselisihan antara DPP Golkar Munas Ancol dan Munas Bali yaitu dengan menyelenggarakan munas Golkar pada awal 2016. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
Makassar (ANTARA News) - Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Adi Culla, menilai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo, memiliki wibawa untuk mempersatukan Partai Golkar.
"Tokoh seperti Syahrul justru dibutuhkan oleh Golkar, karena partai ini butuh perubahan, dan Syahrul memiliki kewibawaan untuk mempersatukan Partai Golkar," katanya, melalui telepon selulernya, Minggu.
Ia mengatakan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar sudah terlibat konflik yang cukup rumit terutama pembelahan yang terjadi antara kubu Abu Rizal Bakrie dan Agung Laksono. Ia menilai upaya untuk mempersatukan kedua kubu ini akan sangat sulit, karena tidak ada pihak yang mau mengalah.
Sementara, lanjut dia, pengurus dan kader Golkar terlanjur terperangkap dalam dualisme kepemimpinan tersebut.
"Golkar butuh figur yang tidak menjadi bagian dari konflik itu, figur yang dapat menjadi pemersatu. Golkar butuh figur lokal, dan Syahrul adalah salah satu figur lokal yang memiliki kemampuan memimpin Golkar," jelasnya.
"Tokoh seperti Syahrul justru dibutuhkan oleh Golkar, karena partai ini butuh perubahan, dan Syahrul memiliki kewibawaan untuk mempersatukan Partai Golkar," katanya, melalui telepon selulernya, Minggu.
Ia mengatakan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar sudah terlibat konflik yang cukup rumit terutama pembelahan yang terjadi antara kubu Abu Rizal Bakrie dan Agung Laksono. Ia menilai upaya untuk mempersatukan kedua kubu ini akan sangat sulit, karena tidak ada pihak yang mau mengalah.
Sementara, lanjut dia, pengurus dan kader Golkar terlanjur terperangkap dalam dualisme kepemimpinan tersebut.
"Golkar butuh figur yang tidak menjadi bagian dari konflik itu, figur yang dapat menjadi pemersatu. Golkar butuh figur lokal, dan Syahrul adalah salah satu figur lokal yang memiliki kemampuan memimpin Golkar," jelasnya.
Pewarta: Nurhaya Panga
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: