Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak melemah sebesar 70 poin menjadi Rp13.716 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.646 per dolar AS.

Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, Yulia Safrina, di Jakarta, Selasa, mengatakan, harga minyak mentah dunia yang masih cenderung menglami pelemahan menjadi salah satu faktor dolar AS mengalami penguatan terhadap mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah.

"Mata uang negara berkembang terbebani dengan penurunan harga minyak mentah dunia," katanya.

Ia menambahkan bahwa pelaku pasar uang juga sedang menantikan data tingkat suplai minyak mentah AS menjelang penutupan pasar. Data itu akan menjadi penggerak pasar di hingga libur akhir tahun ini.

Di sisi lain, lanjut dia, menjelang libur panjang akhir tahun ini investor juga cenderung akan merasa sulit untuk membuat pergerakan mengingat sebagian pelaku pasar uang mulai mengurangi kegiatannya.

Analis dari LBP Enterprise, Lucky Purnomo, menambahkan, masih adanya potensi bank sentral Amerika Seriat (The Fed) untuk kembali menaikan suku bunga acuan pada 2016 mendatang kembali menjadi kekhawatiran investor terhadap aset mata uang berkembang.

"Sinyal keyakinan prospek ekonomi Amerika Serikat yang membaik menjadi salah satu faktor laju nilai tukar di negara berkembang, termasuk Indonesia tertahan dengan kecenderungan melemah," katanya.

Ia mengharapkan upaya pemerintah dalam rangka menjaga pertumbuhan ekonomi domestik melalui paket kebijakan dapat segera terasa dampaknya ke pasar keuangan di dalam negeri sehingga menjaga rupiah berfluktuasi stabil.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Selasa (29/12) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.658 dibandingkan hari sebelumnya (28/12) di posisi Rp13.639 per dolar AS.