Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan asuransi State Farm baru-baru ini melakukan survei dan menemukan bahwa dibandingkan dengan 2009, lebih sedikit orang yang berbicara pada ponselnya saat mengemudi.
Namun, jumlah mereka yang berada di belakang kemudi yang mengaku mengirim SMS naik 5 poin persentase menjadi 36 persen.
Survei State Farm menemukan, 48 persen dari pengemudi berhenti melakukannya karena takut kecelakaan, 42 persen karena takut membayar denda, dan 36 persen takut ditilang polisi.
Di Amerika Serikat, 46 negara bagian saat ini memiliki undang-undang yang melarang pengemudi ber-SMS, 14 negara bagian tidak mengizinkan penggunaan telepon genggam saat mengoperasikan kendaraan, dan 38 negara bagian memiliki sejumlah larangan.
Meskipun polisi dapat menggunakan pencari lokasi real-time untuk menemukan smartphone dalam kecelakaan, menentukan apakah pengemudi menggunakan smartphone secara ilegal merupakan tugas yang jauh lebih sulit.
Menggunakan smartphone saat mengemudi adalah buruk, namun berjalan dengan kepala menunduk dan menatap ponsel tidak jauh lebih baik.
Bukan suatu kebetulan bahwa kenaikan penggunaan smartphone sejalan dengan peningkatan tajam jumlah penggunaan kamar darurat dalam kecelakaan antara pengemudi dan pejalan kaki.
Menariknya, kebanyakan orang justru saling menyalahkan atas penyebab kecelakan, 75 persen mengatakan bahwa hal itu terjadi karena pejalan kaki dalam keadaan terlalu sibuk dengan handset mereka.
Juru bicara American Academy of Orthopedic Surgeons, Alan Hilibrand, mengatakan survei ini menemukan 90 persen responden melihat pejalan kaki berjalan dengan ponsel mereka.
Sementara itu, Hilibrand mengatakan 60 persen pejalan kaki sibuk dengan telepon mereka.
Untuk mengakhiri masalah ini, dia menyarankan orang untuk meletakkan handsetnya dan fokus pada apa yang ada di depannya, demikian Phone Arena.
Smartphone berbahaya bagi pengemudi dan pejalan kaki
26 Desember 2015 19:43 WIB
(Nokia )
Penerjemah: Arindra Meodia
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015
Tags: