Dhaka (ANTARA News) - Badan Tenaga Atom Bangladesh, yang dikelola negara, menandatangani kesepakatan dengan Rusia, Jumat, untuk mendirikan dua pembangkit listrik tenaga nuklir, masing-masing berkapasitas 1.200 megawatt dengan modal 12,65 miliar dolar AS.

Pembangunan itu dimulai pada awal tahun depan di Ruppur, Iswardi, 160 kilometer dari Dhaka, kata juru bicara Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Kamrul Islam Bhyian.

"Rusia akan membiayai hingga 90 persen dari biaya sebagai kredit ditambah tingkat bunga Libor 1,75 persen," kata Bhyian.

Bangladesh akan membayar pinjaman itu dalam 28 tahun dengan masa tenggang 10 tahun.

Menteri Keuangan Bangladesh Abul Maal Abdul Muhith mengatakan pembangkit listrik itu akan menjadi proyek listrik terbesar di negara tersebut.

Reuters melaporkan, pembangkit listrik pertama diharapkan mulai bekerja pada 2022 dan yang kedua pada 2023.

Pejabat mengatakan pembangkit itu menggunakan reaktor generasi baru, yang memiliki jangka waktu hingga 60 tahun dengan opsi perpanjangan 20 tahun.

Pembangkit tersebut mengandung fitur keselamatan yang telah ditingkatkan dan sistem keselamatan pasif yang dapat bekerja 72 jam dalam keadaan darurat.

Perusahaan Tenaga Atom Rosatom asal Rusia akan menjalankan pembangkit itu pada tahun pertama operasi komersial sebelum menyerahkannya kepada pihak berwenang di Bangladesh dan akan menanggung biaya bahan bakar di tahun pertama operasi.

(Uu.M053)