Pontianak (ANTARA News) - Perusahaan perkebunan Sinarmas memberikan edukasi atau pemahaman melalui workshop tentang perkebunan kelapa sawit kepada siswa SMA Negeri 1, Kecamatan Semitau, dan SMA Negeri 1 Kecamatan Silat Hilir, Kabupaten Kapuas Hulu.
"Kami ingin mengubah persepsi negatif mengenai perkebunan sawit yaitu dengan memberikan edukasi serta pemahaman kepada anak-anak remaja melalui workshop yang dilakukan di SMA 1 Kecamtan Silat Hilir dan Semitau sehingga isu-isu negatif dari aspek sosial, lingkungan dan ekonomi dapat terbantahkan," kata CEO Perkebunan Sinarmas Wilayah Kalbar, Susanto dalam keterangannya, Selasa.
Ia menjelaskan, pandangan yang keliru terhadap perkebunan kelapa sawit dapat mengancam masa depan industri minyak sawit nasional yang merupakan industri strategis dalam perekonomian Indonesia baik saat ini maupun di masa depan.
"Dikatakannya sawit sebagai industri strategis karena industri sawit berkontribusi cukup besar baik dalam ekspor non migas, penciptaan lapangan kerja, pembangunan daerah pedesaan dan pengurangan kemiskinan," ungkapnya.
Persepsi negatif terhadap perkebunan kelapa sawit mengakibatkan banyak masyarakat, para pejabat pemerintah, mahasiswa, akademisi, bahkan anak-anak dan remaja berparadigma anti sawit dan telah melebar pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan, katanya.
"Selain memperkenalkan industri sawit kepada para siswa, kami juga memberikan penjelasan dan pemahaman kepada anak-anak yang akan menjadi generasi penerus bangsa ini, supaya bisa mengsyukuri dan memanfaatkan sebesar-besarnya bahwa daerah tempat mereka tinggali ini diberkahi Tuhan dengan lahan dan iklim yang sesuai sehingga kelapa sawit bisa tumbuh baik dan subur. Jadi kami harapkan anak-anak muda di sini yang menjadi ujung tombak untuk terlibat dan menggerakan industri ini," kata Susanto yang juga putra asli Kalbar ini.
Kelapa sawit merupakan bahan dasar untuk kebutuhan pangan masyarakat yang selalu digunakan oleh setiap rumah tangga setiap harinya, seperti minyak goreng, margarin untuk memasak, diterjen dan sabun hingga untuk bahan kosmetik berupa lotion dan cream kulit dan lain-lain.
Di samping itu, sawit juga menjadi bahan baku untuk sumber energi terbarukan seperti biodisel bahkan juga bisa menjadi pengganti minyak avtur untuk bahan bakar pesawat, katanya.
Tanaman yang masuk ke Indonesia pada tahun 1848 ini, dapat dijadikan bahan bakar biodisel yang lebih ramah lingkungan dan terbaharukan. Bila selama ini untuk mencari bahan bakar minyak bumi harus dengan melakukan eksplorasi hingga ke tengah lautan serta investasi yang luar biasa besar, juga tidak ramah lingkungan serta tidak dapat terbarui. Sedangkan bahan bakar biodiesel adalah bahan bakar yang dapat terbarukan dan ramah lingkungan.
Kampanye negatif terhadap sawit adalah "perang dagang" yang disebar untuk mematikan industri kelapa sawit yang tumbuh subur di Indonesia namun tidak bisa tumbuh dengan baik di negara-negara maju seperti di eropa dan Amerika, katanya.
Dibandingkan minyak zaitun, kedelai, hingga minyak biji bunga matahari, maka sawit bisa dibilang lebih unggul. Pasalnya, sawit bisa menghasilkan minyak per hektare sekitar 3,5 - 5 ton, jauh lebih tinggi dari tanaman lainnya yang baru bisa menghasilkan 0,6 - 0,8 ton minyak per hektare, atau dengan kata lain produktivitas kelapa sawit enam kali lebih dari nabati lainnya.
Di samping itu, semua bagian yang ada dari tanaman kelapa sawit bisa dimanfaatkan dan tidak ada yang tersisa atau dibuang sebagai limbah. Selain buahnya yang biasa dikenal dengan TBS (tanda buah segar) bisa diolah menjadi CPO dan PK, cangkang dan sabutnya juga digunakan sebagai bahan untuk pembakaran boiler untuk menghasilkan listrik, limbah cair dan limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi di pabrik juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk serta gas methane yang dihasilkan dari limbah cair kelapa sawit bisa digunakan untuk pembangkit listrik.
Kemudian daun kelapa sawit yang dipotong juga berguna untuk menjaga kelembaban tanaman sekaligus berfungsi sebagai pupuk dan batang pohon sawit sebagai limbah dari replanting juga bisa digunakan untuk bahan baku pulp and paper atau digunakan untuk furniture. Dengan kata lain, tidak ada bagian dari kelapa sawit yang dibuang sebagai limbah yang merusak lingkungan, semuanya diolah kembali dan dimanfaatkan atau disebut zero waste, kata Susanto.
Sementara itu, Oktavera W siswa kelas 12 SMA 1 Kecamatan Semitau ini mengakui perusahaan perkebunan Sinarmas sangat memperhatikan pengelolaan lingkungan dalam menjalankan usaha perkebunannya.
"Kami lihat tadi seperti apa pengelolaan limbah dari industri sawit milik Sinarmas. Ternyata, limbah pabrik diolah kembali menjadi pupuk. Artinyakan perusahaan ini sangat memperhatikan lingkungan, sebagai warga Semitau, tentu kita ingin lingkungan tetap terjaga, dan saya lihat perusahaan ini sangat memperhatikan hal tersebut.
Hal senada juga diakui oleh, Fitri Yanti salah satu peserta workshop menyampaikan bahwa sebelumnya ia memiliki persepsi negatif tentang perkebunan sawit, setelah mengikut workshop ia mengakui ternyata lebih banyak hal yang positifnya, salah satunya terbukanya jalan yang menghubungkan desa dengan kecamatan menjadi lebih dekat jarak tempuhnya melalui jalan sawit, serta banyak warga yang bisa bekerja di perkebunan sawit.
Dalam kesempatan itu, CEO Sinarmas menambahkan, perkebunan kelapa sawit Sinarmas telah menjadikan "sustainability" atau prinsip berkelanjutan sebagai salah satu kebijakan utama yang harus dijalankan dan dipatuhi oleh seluruh jajaran dalam perusahaan. Maknanya, perusahaan sangat memperhatikan aspek sosial dan lingkungan dalam menjalankan usahanya, kata Susanto.
"Jika Negara lain punya komoditas unggulan, maka kita berharap anak-anak muda di sini mengembangkan dan bersama-sama menjadikan sawit sebagai industry unggulan Indonesia. Kita harus ingat, sawit sangat dibutuhkan bagi negara maju, maka ayo kita kembangkan, jaga dan manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan bangsa dan negara," kata Susanto.
Sinarmas berikan edukasi tentang sawit
22 Desember 2015 19:08 WIB
Ilustrasi--Perkebunan Sawit. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Pewarta: Andilala
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015
Tags: