Rupiah Selasa sore menguat menjadi Rp13.701
22 Desember 2015 17:57 WIB
Dokumentasi wisatawan mancanegara bertransaksi dengan pedagang setempat menggunakan mata uang rupiah di Pantai Kuta, Bali, Kamis (26/11). Bank Indonesia mengatur kewajiban penggunaan mata uang rupiah dalam transaksi di semua wilayah Indonesia malalui Peraturan BI Nomor 17/3/PBI/2015 untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak menguat sebesar 107 poin menjadi Rp13.701 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.808 per dolar Amerika Serikat.
"Nlai tukar rupiah kembali menguat terhadap dolar AS. Langkah kebijakan ekonomi Tiongkok yang lebih akomodatif direspon positif karena menopang harga minyak mentah, kondisi itu mendorong mata uang komoditas, termasuk rupiah meningkat," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan bahwa dalam pernyataan yang dirilis Central Economic Work Conference, pemerintah China alias Tiongkok berencana memperlebar pengeluaran dan menaikan defisit pemerintah. Kebijakan itu menghidupkan pasar komoditas, Indonesia yang merupakan salah satu rekan dagang Tiongkok mendapatkan sentimen positifnya.
"Ekonomi Tiongkok turut berperan dalam pergerakan rupiah karena merupakan mitra dagang strategis, terutama untuk jual-beli komoditas," katanya.
Ia menambahkan bahwa data produk domestik bruto (PDB) pada kuartal ketiga Amerika Serikat yang diprediksi akan direvisi turun dari estimasi awal menambah faktor negatif bagi laju dolar Amerika Serikat.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa tingginya modal asing di instrumen surat utang domestik dapat mempengaruhi laju rupiah sehingga masih rentan terhadap guncangan.
"Ketika pola kebijakan moneter di Amerika Serikat kembali seperti sebelumnya dan perekonomian Tiongkok masih gagal bangkit, maka dana asing di dalam negeri berpotensi kembali keluar," paparnya.
Analis dari PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong, menambahkan, penguatan rupiah masih dibayangi oleh rencana bank sentral AS yang akan kembali menaikan suku bunganya pada tahun 2016 mendatang.
"Sebagian investor masih cenderung enggan beraktifitas, pelaku pasar sedang fokus pada kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat. Jajak pendapat di AS menunjukan target kisaran suku bunga akan menjadi 1,25-1,50 persen di akhir 2016," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa (22/12) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.615 dibandingkan hari sebelumnya (21/12) di posisi Rp13.872 per dolar Amerika Serikat.
"Nlai tukar rupiah kembali menguat terhadap dolar AS. Langkah kebijakan ekonomi Tiongkok yang lebih akomodatif direspon positif karena menopang harga minyak mentah, kondisi itu mendorong mata uang komoditas, termasuk rupiah meningkat," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan bahwa dalam pernyataan yang dirilis Central Economic Work Conference, pemerintah China alias Tiongkok berencana memperlebar pengeluaran dan menaikan defisit pemerintah. Kebijakan itu menghidupkan pasar komoditas, Indonesia yang merupakan salah satu rekan dagang Tiongkok mendapatkan sentimen positifnya.
"Ekonomi Tiongkok turut berperan dalam pergerakan rupiah karena merupakan mitra dagang strategis, terutama untuk jual-beli komoditas," katanya.
Ia menambahkan bahwa data produk domestik bruto (PDB) pada kuartal ketiga Amerika Serikat yang diprediksi akan direvisi turun dari estimasi awal menambah faktor negatif bagi laju dolar Amerika Serikat.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa tingginya modal asing di instrumen surat utang domestik dapat mempengaruhi laju rupiah sehingga masih rentan terhadap guncangan.
"Ketika pola kebijakan moneter di Amerika Serikat kembali seperti sebelumnya dan perekonomian Tiongkok masih gagal bangkit, maka dana asing di dalam negeri berpotensi kembali keluar," paparnya.
Analis dari PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong, menambahkan, penguatan rupiah masih dibayangi oleh rencana bank sentral AS yang akan kembali menaikan suku bunganya pada tahun 2016 mendatang.
"Sebagian investor masih cenderung enggan beraktifitas, pelaku pasar sedang fokus pada kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat. Jajak pendapat di AS menunjukan target kisaran suku bunga akan menjadi 1,25-1,50 persen di akhir 2016," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa (22/12) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.615 dibandingkan hari sebelumnya (21/12) di posisi Rp13.872 per dolar Amerika Serikat.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015
Tags: