Kementerian Perindustrian seleksi tiga kawasan industri perkuat hilirisasi sawit
18 Desember 2015 19:19 WIB
Hamparan tanaman kelapa sawit terlihat dari udara di Riau, Rabu (29/4). Berdasarkan data Dinas Perkebunan Riau luas areal sawit kini sudah lebih dari 2 juta Hektare, namun hanya sekitar 30 persen memiliki kejelasan izin, sehingga kerap memicu konflik akibat perambahan kawasan hutan dan pencaplokan konsesi perusahaan untuk kelapa sawit. (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian akan menyeleksi tiga kawasan industri sebagai Palm Oil Industrial Zone (POIZ) yang secara khusus akan memperkuat hilirisasi kelapa sawit.
"Penentuan lokasi tersebut merupakan salah satu poin kesepakatan Council of Palm Oil Producing Countries (CPOC) antara Indonesia dan Malaysia sebagai produsen kelapa sawit terbesar dunia," kata Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto di Jakarta, Jumat.
Menurut Panggah, Indonesia telah menunjuk Boston Consulting Group (BCG) untuk mengkaji penentuan lokus PIOZ, yang akhirnya terpilih tiga kawasan industri.
Ketiga kawasan industri tersebut adalah Sei Mangkei yang dikelola PT Perkebunan Nasional (PTPN) III, Kawasan Industri Dumai yang dikelola oleh Grup Wilmar, dan Kalimantan Timur Industrial Estate yang dikelola oleh PT Pupuk Kaltim (PKT).
Hal ini dilakukan sebagai upaya kedua negara untuk menguasai pasar produk hilir kelapa sawit di Asia berupa oleokimia, kemurgi, minyak astiri dan produk lanjutan.
Dalam kesepakatan tersebut, kedua negara ingin meningkatkan produksi hilirisasi kelapa sawit yang akan diekspor ke Asia Tenggara dan negara-negara 'Tan Brothers' seperti Pakistan, Kirgizitan, dan lainnya.
Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri Kemenperin Imam Haryono mengatakan, beberapa kriteria kawasan industri yang dipilih adalah ketersediaan gas dan harganya, akses ke pelayaran internasional, serta efisiensi biaya yang bisa diciptakan.
"Tentunya bagi kawasan industri yang dipilih bisa dapat manfaat, nanti banyak investor masuk," ujar Imam.
Kemenperin belum menentukan kapan tepatnya kawasan industri itu dipilih karena saat ini masih dalam masa penilaian.
Imam mengatakan, saat ini fokus kedua negara adalah menyamakan standar minyak kelapa sawit Indonesiadan Malaysia.
Tujuannya, agar produk hilir kedua negara memiliki bahan baku dengan standar yang sama.
"Penentuan lokasi tersebut merupakan salah satu poin kesepakatan Council of Palm Oil Producing Countries (CPOC) antara Indonesia dan Malaysia sebagai produsen kelapa sawit terbesar dunia," kata Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto di Jakarta, Jumat.
Menurut Panggah, Indonesia telah menunjuk Boston Consulting Group (BCG) untuk mengkaji penentuan lokus PIOZ, yang akhirnya terpilih tiga kawasan industri.
Ketiga kawasan industri tersebut adalah Sei Mangkei yang dikelola PT Perkebunan Nasional (PTPN) III, Kawasan Industri Dumai yang dikelola oleh Grup Wilmar, dan Kalimantan Timur Industrial Estate yang dikelola oleh PT Pupuk Kaltim (PKT).
Hal ini dilakukan sebagai upaya kedua negara untuk menguasai pasar produk hilir kelapa sawit di Asia berupa oleokimia, kemurgi, minyak astiri dan produk lanjutan.
Dalam kesepakatan tersebut, kedua negara ingin meningkatkan produksi hilirisasi kelapa sawit yang akan diekspor ke Asia Tenggara dan negara-negara 'Tan Brothers' seperti Pakistan, Kirgizitan, dan lainnya.
Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri Kemenperin Imam Haryono mengatakan, beberapa kriteria kawasan industri yang dipilih adalah ketersediaan gas dan harganya, akses ke pelayaran internasional, serta efisiensi biaya yang bisa diciptakan.
"Tentunya bagi kawasan industri yang dipilih bisa dapat manfaat, nanti banyak investor masuk," ujar Imam.
Kemenperin belum menentukan kapan tepatnya kawasan industri itu dipilih karena saat ini masih dalam masa penilaian.
Imam mengatakan, saat ini fokus kedua negara adalah menyamakan standar minyak kelapa sawit Indonesiadan Malaysia.
Tujuannya, agar produk hilir kedua negara memiliki bahan baku dengan standar yang sama.
Pewarta: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015
Tags: