Kecil kemungkinan Bandara Pondok Cabe dikomersilkan
16 Desember 2015 23:40 WIB
Perbaikan Bandara Pondok Cabe Pekerja melakukan pengaspalan ulang landasan pacu Bandara Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (3/12). (ANTARA FOTO/muhammad Iqbal)
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Suprasetyo menilai kecil kemungkinan Bandara Pondok Cabe dikomersilkan karena sejumlah aspek yang sulit dipenuhi.
Suprasetyo usai diskusi yang bertajuk "Kinerja 2015 dan Outlook 2016 Kementerian Perhubungan" di Jakarta, Rabu mengatakan ketidakmungkinan tersebut mencapai 70 persen.
"Kalau menurut saya, peluangnya 70 persen tidak bisa (dikomersialkan)," ucapnya.
Menurut dia, aspek-aspek yang belum dipenuhi, salah satunya aspek operasional dan teknis.
"Perjalanannya masih jauh, ini bandara khusus harus terlebih dahulu mengubah izin jadi pengoperasian bandara umum, artinya persyaratan keselamatan dan keamanan penerbangan bisa dipenuhi," tuturnya.
Salah satu kendala, menurut Suprasetyo, yaitu ruang udara yang masih berbenturan dengan Bandara Halim Perdanakusuma.
"Jadi, jika beroperasi ketika pesawat akan take off harus menunggu di Halim berhentikan dulu, bergantian. Ini tidak efisien," ujarnya.
Selain itu, dia mengatakan, untuk pemasangan alat navigasi sangat berisiko karena akan sensitif dengan guncangan, sementara di sekitar kawasan itu sudah padat.
"Di ujung runway sudah ada jalan, harus dialihkan supaya aman," katanya.
Suprasetyo usai diskusi yang bertajuk "Kinerja 2015 dan Outlook 2016 Kementerian Perhubungan" di Jakarta, Rabu mengatakan ketidakmungkinan tersebut mencapai 70 persen.
"Kalau menurut saya, peluangnya 70 persen tidak bisa (dikomersialkan)," ucapnya.
Menurut dia, aspek-aspek yang belum dipenuhi, salah satunya aspek operasional dan teknis.
"Perjalanannya masih jauh, ini bandara khusus harus terlebih dahulu mengubah izin jadi pengoperasian bandara umum, artinya persyaratan keselamatan dan keamanan penerbangan bisa dipenuhi," tuturnya.
Salah satu kendala, menurut Suprasetyo, yaitu ruang udara yang masih berbenturan dengan Bandara Halim Perdanakusuma.
"Jadi, jika beroperasi ketika pesawat akan take off harus menunggu di Halim berhentikan dulu, bergantian. Ini tidak efisien," ujarnya.
Selain itu, dia mengatakan, untuk pemasangan alat navigasi sangat berisiko karena akan sensitif dengan guncangan, sementara di sekitar kawasan itu sudah padat.
"Di ujung runway sudah ada jalan, harus dialihkan supaya aman," katanya.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015
Tags: