Pemkot Bogor belum putuskan rute LRT
Ilustrasi. Groundbreaking LRT. Presiden Joko Widodo (keempat kiri) meletakkan semen cair, disaksikan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (ketiga kiri), Jaksa Agung HM Prasetyo (tengah), Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono (keempat kanan), Menteri BUMN Rini Soemarno (ketiga kanan), Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (kedua kanan), Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Sofyan Djalil (kanan) dan Direktur Utama Adhi Karya Kiswodarmawan (kedua kiri) saat Groundbreaking Light Rail Transit (LRT) Indonesia di Jakarta, Rabu (9/9). LRT merupakan salah satu moda transportasi massal berbasis rel yang ramah lingkungan dan pembangunannya dilakukan secara elevated di atas tanah ruang milik jalan tol dan non tol serta direncanakan akan selesai pada tahun 2018. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
"Untuk LRT dari Cibubur sampai Bogor ada dua alternatif yakni Terminal Baranangsiang dan Tanah Baru. Dalam waktu dekat akan segera diputuskan, tentunya dalam bulan ini," kata Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto dalam acara Bogor Economic Summit 2015 di Gedung Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan, dalam menentukan lokasi rute LRT yang akan ditunjuk, Pemerintah Kota Bogor akan melakukan kajian mengingat kedua lokasi tersebut memiliki nilai tambah dan kurangnya.
"Masing-masing ada plus minusnya, apakah di Baranangsiang dan Tanah Baru. Yang pasti 2016 ini akan dibebaskan tanah di Tanah Baru untuk pembangunan terminal kelas a," katanya.
Dia mengatakan dalam kajian tersebut, akan dihitung manfaat dan keuntungan yang akan didapat dari masing-masing wilayah baik itu Baranangsiang maupun Tanah Baru. Sisi positif dari Baranangsiang lahan sudah siap, dekat pusat kota.
"Tetapi di Baranangsiang menimbulkan persoalan beban atau volume pergerakan barang, manusia dan kendaraan lebih besar. Ini yang harus diantisipasi," katanya.
Sedangkan di Tanah Baru, lanjut dia, sisi positifnya sesuai dengan rencana tapak (site plan) Pemerintah Kota Bogor yang akan menggeser magnitude atau pusat kota ke wilayah pinggir.
"Tapi untuk di Tanah Baru harus ada proses pembebasan lahan lagi," katanya.
Menurut Bima, Pemerintah Kota Bogor melihat sisi potensial untuk rute LRT Bogor ada di wilayah Tanah Baru. Untuk merealisasikan itu perlu kerja keras karena merupakan lahan baru yang membutuhkan pembebasan lahan dan harus mencari mekanisme pendanaannya.
"Kalau di Baranangsiang sudah selaras dengan program pengembangan revitalisasi Terminal Baranangsiang yang dilaksanakan oleh PT PGI," ujarnya.
Dia mengatakan secara rancangan induk tata ruang, keberadaan rute LRT di Tanah Baru sudah sangat ideal, karena berada di kawasan pinggir yang akan dikembangkan sebagai pusat Kota Bogor pada 2030 mendatang.
"Ini yang sedang kita kaji bersama dengan Adhikarya," katanya.
Bima menambahkan, sejalan dengan itu, Pemerintah Kota Bogor melakukan penataan transportasi dan membangun sistem pendukung LRT agar ketika jalur kereta ringan tersebut beroperasi 2018 mendatang, sarana pendukung telah disiapkan.
"Ini harus kita siapkan sistem pendukung LRT, karena LRT ini program pusat yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 98/2015," katanya.
LRT koridor Cibubu-Bogor merupakan satu dari enam jalur LRT yang akan dibangun dengan panjang 30-31 kilometr terdiri dari empat stasiun yakni Cibinong, Sirkuit Sentul, Sentul City dan Kota Bogor (Baranangsiang dan Tanah Baru).
Stasiun LRT di Kota Bogor membutuhkan Depo sebagai tempat peristirahatan dan perawatan. Namun, untuk kawasan Terminal Baranangsiang, lahan terbatas sehingga tidak bisa dilengkapi depo service.
Untuk membangun depo LRT membutuhkan lahan dengan luasan hingga enam hektar guna menampung 30 sampai 40 rangkaian kereta ringan tersebut. Persoalannya, luas lahan di Baranangsiang terbatas.
Lahan yang memungkinkan untuk dibangun depo adalah di wilayah Tanah Baru, namun terkendala pembebasan lahan. Ke depan, pembangunan LRT di Bogor akan berkembang, antara Tanah Baru dan Baranangsiang saling terhubung, hanya saja jalur yang akan dilintasi masih menjadi pembahasan.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015