Rupiah Rabu sore menguat Rp14.036
16 Desember 2015 17:25 WIB
Dokumentasi petugas menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang BNI Melawai, Jakarta, Selasa (15/9). Nilai tukar rupiah terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat menjelang Federal Open Market Committee (FOMC), Selasa (15/9) menyentuh level Rp 14.408 per dolar Amerika Serikat atau melemah 0,52 persen dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.333 per dolar Amerika Serikat. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak menguat sebesar 10 poin menjadi Rp14.036 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp14.046 per dolar AS.
"Laju mata uang rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS, rumor yang beredar di pasar keuangan bahwa bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akan menaikan suku bunga acuan pada Desember ini, situasi itu menjadi salah satu faktor penopang bagi mata," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, kepastian rencana bank sentral AS menaikan suku bunga acuannya mengurangi risiko aset di pasar negara berkembang. Dengan adanya kepastian dari The Fed, maka memudahkan investor melakukan kalkulasi investasinya.
Di sisi lain, lanjut dia, harga komoditas yang mulai membaik menambah sentimen positif bagi negara-negara penghasil komoditas, salah satunya Indonesia. Meningkatnya harga komoditas, seperti minyak mentah diharapkan diikuti dengan kenaikan permintaan, terutama dari Tiongkok sehingga mendorong kinerja ekspor Indonesia.
"Harga minyak mentah cenderung mulai membaik, saat ini harga minyak mentah di sekitar 36 dolar AS, lebih baik dibandingkan beberapa hari sebelumnya," katanya.
Kendati demikian, Rully Nova mengatakan bahwa potensi rupiah berbalik arah ke area negatif juga masih terbuka. Menjelang akhir tahun, biasanya permintaan dolar AS akan tinggi menyusul kewajiban pembayaran utang luar negeri bagi korporasi.
"Kewajiban itu akan membuat pasokan dolar AS menjadi berkurang, situasi itu dapat menekan mata uang rupiah," katanya.
"Laju mata uang rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS, rumor yang beredar di pasar keuangan bahwa bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akan menaikan suku bunga acuan pada Desember ini, situasi itu menjadi salah satu faktor penopang bagi mata," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, kepastian rencana bank sentral AS menaikan suku bunga acuannya mengurangi risiko aset di pasar negara berkembang. Dengan adanya kepastian dari The Fed, maka memudahkan investor melakukan kalkulasi investasinya.
Di sisi lain, lanjut dia, harga komoditas yang mulai membaik menambah sentimen positif bagi negara-negara penghasil komoditas, salah satunya Indonesia. Meningkatnya harga komoditas, seperti minyak mentah diharapkan diikuti dengan kenaikan permintaan, terutama dari Tiongkok sehingga mendorong kinerja ekspor Indonesia.
"Harga minyak mentah cenderung mulai membaik, saat ini harga minyak mentah di sekitar 36 dolar AS, lebih baik dibandingkan beberapa hari sebelumnya," katanya.
Kendati demikian, Rully Nova mengatakan bahwa potensi rupiah berbalik arah ke area negatif juga masih terbuka. Menjelang akhir tahun, biasanya permintaan dolar AS akan tinggi menyusul kewajiban pembayaran utang luar negeri bagi korporasi.
"Kewajiban itu akan membuat pasokan dolar AS menjadi berkurang, situasi itu dapat menekan mata uang rupiah," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015
Tags: