Presiden bicara konstelasi politik-ekonomi di Rapim TNI
16 Desember 2015 12:11 WIB
Presiden Joko Widodo memberikan arahan saat membuka Rapat Pimpinan TNI di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Rabu (15/12). Presiden menyampaikan arahan mengenai tantangan menjaga keamanan dari radikalisme, terorisme, dan kesiapan menuju perdagangan bebas sebagai negara maritim, serta meminta TNI tidak terlibat dalam politik praktis. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pengarahan dan berbicara terkait konstelasi politik dan ekonomi dalam pembukaan Rapat Pimpinan (Rapim) TNI 2016, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu.
Di depan para pemimpin TNI, Presiden Jokowi mengatakan saat ini Indonesia menghadapi tantangan baru pascaperang dingin berubah.
"Konstelasi politik dan ekonomi berubah sangat cepat, dan hal ini mau tidak mau harus diikuti," kata Presiden Jokowi yang menyebutkan gelombang perdagangan bebas terjadi sangat cepat dan membawa perubahan-perubahan di setiap negara.
"Ini harus kita tahu dan waspadai. Kawasan Asia Timur yang pelabuhannya bagus akan menjadi pasar dan basis produksi bagi negara-negara yang siap," katanya.
Presiden menambahkan, saat ini blok-blok perdagangan sudah dimulai, salah satunya Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan dimulai awal 2016 mendatang. Jokowi menegaskan, semua blok-blok itu harus dikaji dulu sebelum bergabung.
"Semuanya harus dihitung, apa yang menguntungkan dan tidak. Hitungannya harus detail," kata Jokowi.
Namun demikian, Indonesia harus mempersiapkan segala sesuatunya, baik sumber daya manusianya (SDM), produk, maupun strategi besarnya.
"Tidak ada kata lain. Kalau kita masih pakai pola lama, cara lama, tradisi lama, maka kita terlibas dan hilang. Arus barang, orang keluar-masuk harus diperkirakan dari sekarang," kata Jokowi.
Memasuki MEA, sejumah negara sudah mulai khawatir dengan produk-produk Indonesia, yang akan membanjiri pasar di negaranya.
"Sejumlah kepala negara sudah mulai khawatir dengan produk Indonesia. Mereka berbisik-bisik ke saya, kita khawatir produk Indonesia membanjiri negara kita. Terlebih, pasar tenaga kerja akan direbut Indonesia, yang dikenal terampil dan tekun," kata Jokowi.
Oleh karena itu, Indonesia tak perlu ikut-kutan khawatir dan takut menghadapi MEA. "Orang lain khawatir, kok kita ikut takut. Ini keliru besar," katanya.
Rapim TNI 2016 diikuti 182 Pati TNI, yang terdiri atas Panglima Komando Utama (Pangkotama), Kepala Dinas, Kodiklat, Sesko, Asisten, Kemhan, Bakamla, BNPB, Wantannas, dan Kemko Polhukam.
Hadir dalam Rapim TNI yang bertema "Meningkatkan loyalitas, moralitas dan integritas sebagai landasan dalam mewujudkan TNI yang kuat, hebat, profesional dan dicintai rakyat" itu, Menko Polhukam Luhut B Panjaitan, Menlu Retno Marsudi, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Mentan Andi Amran Sulaiman, KSAD Jenderal TNI Mulyono, KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna, dan KSAL Laksamana TNI Ade Supandi.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dan tiga kepala staf meninjau pameran alutsista yang dimiliki TNI di lapangan apel B3 Mabes TNI.
Presiden juga mendapatkan penjelasan terkait alutsista yang dimiliki TNI tersebut, seperti Panser, Tank Leopard, Tank Marder, persenjataan TNI, drone, alat-alat komunikasi saat pertempuran, dan alat penjernih air.
Di depan para pemimpin TNI, Presiden Jokowi mengatakan saat ini Indonesia menghadapi tantangan baru pascaperang dingin berubah.
"Konstelasi politik dan ekonomi berubah sangat cepat, dan hal ini mau tidak mau harus diikuti," kata Presiden Jokowi yang menyebutkan gelombang perdagangan bebas terjadi sangat cepat dan membawa perubahan-perubahan di setiap negara.
"Ini harus kita tahu dan waspadai. Kawasan Asia Timur yang pelabuhannya bagus akan menjadi pasar dan basis produksi bagi negara-negara yang siap," katanya.
Presiden menambahkan, saat ini blok-blok perdagangan sudah dimulai, salah satunya Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan dimulai awal 2016 mendatang. Jokowi menegaskan, semua blok-blok itu harus dikaji dulu sebelum bergabung.
"Semuanya harus dihitung, apa yang menguntungkan dan tidak. Hitungannya harus detail," kata Jokowi.
Namun demikian, Indonesia harus mempersiapkan segala sesuatunya, baik sumber daya manusianya (SDM), produk, maupun strategi besarnya.
"Tidak ada kata lain. Kalau kita masih pakai pola lama, cara lama, tradisi lama, maka kita terlibas dan hilang. Arus barang, orang keluar-masuk harus diperkirakan dari sekarang," kata Jokowi.
Memasuki MEA, sejumah negara sudah mulai khawatir dengan produk-produk Indonesia, yang akan membanjiri pasar di negaranya.
"Sejumlah kepala negara sudah mulai khawatir dengan produk Indonesia. Mereka berbisik-bisik ke saya, kita khawatir produk Indonesia membanjiri negara kita. Terlebih, pasar tenaga kerja akan direbut Indonesia, yang dikenal terampil dan tekun," kata Jokowi.
Oleh karena itu, Indonesia tak perlu ikut-kutan khawatir dan takut menghadapi MEA. "Orang lain khawatir, kok kita ikut takut. Ini keliru besar," katanya.
Rapim TNI 2016 diikuti 182 Pati TNI, yang terdiri atas Panglima Komando Utama (Pangkotama), Kepala Dinas, Kodiklat, Sesko, Asisten, Kemhan, Bakamla, BNPB, Wantannas, dan Kemko Polhukam.
Hadir dalam Rapim TNI yang bertema "Meningkatkan loyalitas, moralitas dan integritas sebagai landasan dalam mewujudkan TNI yang kuat, hebat, profesional dan dicintai rakyat" itu, Menko Polhukam Luhut B Panjaitan, Menlu Retno Marsudi, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Mentan Andi Amran Sulaiman, KSAD Jenderal TNI Mulyono, KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna, dan KSAL Laksamana TNI Ade Supandi.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dan tiga kepala staf meninjau pameran alutsista yang dimiliki TNI di lapangan apel B3 Mabes TNI.
Presiden juga mendapatkan penjelasan terkait alutsista yang dimiliki TNI tersebut, seperti Panser, Tank Leopard, Tank Marder, persenjataan TNI, drone, alat-alat komunikasi saat pertempuran, dan alat penjernih air.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015
Tags: