Jawa Tengah masih primadona investasi padat karya
15 Desember 2015 19:44 WIB
Dokumentasi sejumlah karyawan menyelesaikan proses menjahit di pabrik garmen PT. Eco Smart Garment Indonesia di Sambi, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (27/10). Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Kota Semarang menyatakan perusahaan garmen di Jawa Tengah masih membutuhkan ribuan tenaga kerja terampil antara 10.000 tenaga kerja pada 2015. (ANTARA FOTO/ Aloysius Jarot Nugroho)
Semarang, Jawa Tengah (ANTARA News) - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan sejauh ini Jawa Tengah masih menjadi primadona untuk investasi, terkhusus di bidang manufaktur padat karya.
"Kalau kita melihat Jateng sangat potensial, untuk pertumbuhan industri manufaktur khususnya padat karya," kata Pengurus Apindo Pusat, Haryadi B Sukamdani, di Semarang, Selasa.
Meski demikian, diakui pada saat ini tidak mudah memperoleh tenaga kerja terampil di bidangnya. Salah satu sektor industri yang kesulitan memperoleh tenaga kerja terampil adalah perusahaan garmen.
"Kami menemui banyak kendala, seperti perusahaan padat karya khususnya garmen, rata-rata kesulitan memperoleh tenaga kerjanya," katanya.
Menurut dia, kondisi tersebut dapat menjadi peluang untuk masyarakat di Jawa Tengah agar dapat menyiapkan tenaga kerja muda untuk beberapa bidang industri.
"Saya baru saja memperoleh informasi bahwa rata-rata 70 persen dari tenaga kerja produktif lulusan SMK, saya pikir ini bagus," katanya.
Meski secara jumlah masih kurang, diakuinya dari sisi produktivitas tenaga kerja sudah cukup tinggi. Oleh karena itu, pihaknya berharap lembaga pelatihan yang ada mampu mempersiapkan tenaga kerja siap pakai.
"Pada dasarnya Jawa Tengah ini menjadi tujuan favorit perusahaan padat karya, tetapi untuk sektor industri padat modal juga menarik," katanya.
"Kalau kita melihat Jateng sangat potensial, untuk pertumbuhan industri manufaktur khususnya padat karya," kata Pengurus Apindo Pusat, Haryadi B Sukamdani, di Semarang, Selasa.
Meski demikian, diakui pada saat ini tidak mudah memperoleh tenaga kerja terampil di bidangnya. Salah satu sektor industri yang kesulitan memperoleh tenaga kerja terampil adalah perusahaan garmen.
"Kami menemui banyak kendala, seperti perusahaan padat karya khususnya garmen, rata-rata kesulitan memperoleh tenaga kerjanya," katanya.
Menurut dia, kondisi tersebut dapat menjadi peluang untuk masyarakat di Jawa Tengah agar dapat menyiapkan tenaga kerja muda untuk beberapa bidang industri.
"Saya baru saja memperoleh informasi bahwa rata-rata 70 persen dari tenaga kerja produktif lulusan SMK, saya pikir ini bagus," katanya.
Meski secara jumlah masih kurang, diakuinya dari sisi produktivitas tenaga kerja sudah cukup tinggi. Oleh karena itu, pihaknya berharap lembaga pelatihan yang ada mampu mempersiapkan tenaga kerja siap pakai.
"Pada dasarnya Jawa Tengah ini menjadi tujuan favorit perusahaan padat karya, tetapi untuk sektor industri padat modal juga menarik," katanya.
Pewarta: Aris Widiastuti
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015
Tags: