Keluarga Falya merasa dihina Awal Bros Bekasi
15 Desember 2015 19:18 WIB
Dokumentasi perwakilan RS Awal Bros bersama pihak Organisasi Kedokteran dan Dinas Kesehatan Kota Bekasi memberikan penjelasan kepada wartawan terkait hasil investigasi kematian Falya korban diduga mal praktek di Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/12). Dalam pemaparannya, mereka menyatakan hasil investigasi bahwa prosedur oleh RS Awal Bros dan juga oleh dokter penanggung jawab sudah sesuai standar operasional prosedur. (ANTARA FOTO/Risky Andrianto)
Bekasi, Jawa Barat (ANTARA News) - Pihak keluarga menilai penyataan RS Awal Bros Bekasi, Jawa Barat, yang menyebutkan pasien bayi Falya Raafani (15 bulan) meninggal akibat kekurangan gizi sebagai bentuk penghinaan.
"Kami merasa dihina dengan pernyataan rumah sakit kepada wartawan bahwa putri kami meninggal karena gizi buruk," kata ayah kandung pasien, Ibrahim Blegur, di Bekasi, Selasa.
Menurut dia, sebelum pasien menderita diare dan menjalani perawatan di RS Awal Bros Bekasi pada 28 Oktober 2015, pihak keluarga sangat memperhatikan tumbuh kembang pasien.
"Bahkan kami memiliki keterangan Puskesmas setiap bulannya yang menyatakan Falya dalam kondisi tumbuh kembang yang baik," katanya.
Ibrahim mengaku bahwa Falya semasa hidupnya selalu mengonsumsi air susu ibu eksklusif dan diperhatikan dengan seksama oleh keluarga.
"Bahkan istri saya sampai rela meninggalkan pekerjaannya untuk fokus menjaga anak di rumah," katanya.
Sebelumnya, manajemen RS Global Awal Bros Bekasi membantah tudingan malpraktik dalam peristiwa meninggalnya bayi Falya.
"Dari hasil audit Komite Medik ditemukan penyebab perburukan kondisi kesehatan pasien, bukan dikarenakan reaksi alergi (anafilaktik) dari obat antibiotik yang diberikan dokter berinisial Y," kata juru bicara RS Awal Bros Bekasi, Kuncoro Wibowo.
Sejak pasien masuk rumah sakit pada Rabu (28/10), hasil diagnosa Falya Rafani mengalami kurang gizi, diare akut, dehidrasi ringan sedang, dan intake sulit sehingga dilakukan upaya pengobatan dan perawatan inap dan ICU.
"Saat dilakukan perawatan, dehidrasi sudah mulai teratasi, tetap mengalami perburukan akibat proses infeksi yang masih berjalan dan menyebabkan pasien shock septic, ensefalopati metabolik, pneumonia dan berakhir pada kerusakan multiorgan dan meninggal pada Minggu (1/11)," katanya.
"Kami merasa dihina dengan pernyataan rumah sakit kepada wartawan bahwa putri kami meninggal karena gizi buruk," kata ayah kandung pasien, Ibrahim Blegur, di Bekasi, Selasa.
Menurut dia, sebelum pasien menderita diare dan menjalani perawatan di RS Awal Bros Bekasi pada 28 Oktober 2015, pihak keluarga sangat memperhatikan tumbuh kembang pasien.
"Bahkan kami memiliki keterangan Puskesmas setiap bulannya yang menyatakan Falya dalam kondisi tumbuh kembang yang baik," katanya.
Ibrahim mengaku bahwa Falya semasa hidupnya selalu mengonsumsi air susu ibu eksklusif dan diperhatikan dengan seksama oleh keluarga.
"Bahkan istri saya sampai rela meninggalkan pekerjaannya untuk fokus menjaga anak di rumah," katanya.
Sebelumnya, manajemen RS Global Awal Bros Bekasi membantah tudingan malpraktik dalam peristiwa meninggalnya bayi Falya.
"Dari hasil audit Komite Medik ditemukan penyebab perburukan kondisi kesehatan pasien, bukan dikarenakan reaksi alergi (anafilaktik) dari obat antibiotik yang diberikan dokter berinisial Y," kata juru bicara RS Awal Bros Bekasi, Kuncoro Wibowo.
Sejak pasien masuk rumah sakit pada Rabu (28/10), hasil diagnosa Falya Rafani mengalami kurang gizi, diare akut, dehidrasi ringan sedang, dan intake sulit sehingga dilakukan upaya pengobatan dan perawatan inap dan ICU.
"Saat dilakukan perawatan, dehidrasi sudah mulai teratasi, tetap mengalami perburukan akibat proses infeksi yang masih berjalan dan menyebabkan pasien shock septic, ensefalopati metabolik, pneumonia dan berakhir pada kerusakan multiorgan dan meninggal pada Minggu (1/11)," katanya.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015
Tags: