Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyatakan neraca perdagangan mengalami defisit karena ekspor Indonesia belum pulih atau masih stagnan.

"Yang perlu diwaspadai adalah memang ekspor kita belum pulih, jadi ini berpengaruh terhadap neraca perdagangan kita," kata Bambang saat ditemui di Kompleks Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa.

Belum pulihnya kegiatan ekspor Indonesia, lanjut Bambang, karena tidak terlepas dari perekonomian global yang masih belum pasti, sehingga permintaan terhadap produk Indonesia masih kecil.

"Dalam kondisi sekarang kita masih butuh investasi, jadi kalau impornya lebih tinggi tidak apa-apa, apalagi impor belanja modal, ini kan bagus buat kita, kalau itu impor kenaikan barang modal itu bagus, berarti ada investasi buat kita," kata Bambang.

Menurut dia, kenaikan impor barang modal tersebut merupakan indikator yang baik untuk pertumbuhan ekonomi kedepannya.

Bambang juga membantah bahwa belanja pemerintah yang digenjot membuat defisit neraca perdagangan dikarenakan lebih banyak barang impor yang masuk untuk memenuhi belanja pemerintah.

"Belanja pemerintah digenjot kapanpun sama saja, Ini tidak membuat langsung defisit. Ini berarti naiknya impor bukan karena untuk belanja pemerintah, tapi impor untuk investasi swasta," ucap dia.

Dari informasi yang dihimpun Antara, neraca perdagangan Indonesia pada November 2015 tercatat defisit 346,4 juta dolar AS. Namun, secara total dari Januari hingga November masih surplus 7,81 miliar dolar AS.

Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan aktivitas perdagangan internasional Indonesia sepanjang November menghasilkan defisit 346,4 juta dolar AS. Ini merupakan defisit pertama tahun ini setelah membukukan surplus 1.019,00 dolar AS pada Oktober 2015.

Nilai ekspor Indonesia sepanjang November merosot 17,58 persen dibandingkan tahun lalu, sedangkan nilai impor turun 18,03 persen. Neraca perdagangan Indonesia tercatat defisit di saat mayoritas ekonom memproyeksikan surplus.