Palu, Sulawesi Tengah (ANTARA News) - Pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tadulako, Palu, Irwan Waris menilai kekalahan sejumlah calon petahana dalam Pilkada serentak adalah bentuk hukuman rakyat atas kinerja para petahana saat memimpin daerahnya.

"Ini menunjukan bahwa pemilih kita dari waktu kewaktu semakin cerdas dalam menyalurkan hak konstitusionalnya, rasional dan hati-hati, betul-betul memilih pemimpin yang menurut mereka mampu membawa kesejahteraan. Ini dibuktikan dalam bentuk tidak memilihnya lagi. Itu kan bentuk punishment dari rakyat," kata dia di Palu, Selasa.

Hal senada dikemukakan pengamat politik lainnya dari FISIP universitas yang sama, Darwi, yang melihat masyarakat cerdas dalam menentukan pilihannya.

"Jadi ini persoalan perspektif masyarakat yang ingin melihat adanya perubahan," ujar Darwi.

Sejumlah petahana di provinsi ini, baik mantan kepala daerah maupun mantan wakil kepala daerah, kalah dari lawan-lawannya.

Di Kota Palu, perolehan suara sementara hasil scaning formulir C1 dari laman resmi KPU, mantan wakil wali kota Andi Mulhanan Tombolotutu yang berpasangan Tahmidy Lasahido berada di urutan terakhir dengan 15,99 persen suara atau jauh di bawah sang pemenang Hidayat-Sigit Purnomo (Pasha Ungu) dengan 36,69 persen.

Di Kabupaten Banggai, mantan bupati Sofhian Mile yang berpasangan dengan Sukri Djalumang usungan Gerindra, Hanura dan PAN menempati urutan ketiga dengan 28,30 persen.

Sedangkan pada Pilkada Kabupaten Tolitoli mantan wakil bupati Amran Hi. Yahya yang berpasangan dengan Zainal M. Daud kalah karena hanya meraih 28,38 persen suara.