Impor Indonesia naik 3,61 persen, hampir seperempat dari Tiongkok
15 Desember 2015 15:11 WIB
Aktivitas di di Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (15/5/15). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa impor Indonesia pada November 2015 yang mencapai 11,51 miliar dolar Amerika Serikat mengalami kenaikan sebesar 3,61 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya 11,10 miliar dolar AS.
"Ada peningkatan impor pada empat golongan barang pada November dibandingkan Oktober 2015, namun jika dibandingkan dengan tahun lalu masih mengalami penurunan," kata Kepala BPS Suryamin, dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Suryamin mengatakan, empat golongan barang tersebut adalah mesin dan peralatan listrik naik sebesar 11,71 persen, besi dan baja sebesar 17,65 persen, kendaraan dan bagiannya sebesar 0,96 persen dan benda dari besi dan baja sebesar 21,79 persen.
"Yang saya sebutkan itu merupakan bagian dari investasi, mulai ada sedikit peningkatan," kata Suryamin.
Sementara jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2014 lalu, Suryamin mengatakan, kinerja impor masih mengalami penurunan sebesar 18,03 persen di mana pada bulan yang sama di tahun tersebut tercatat impor sebesar 14,04 miliar dolar AS.
Untuk impor nonmigas pada November 2015 mencapai 9,87 miliar dolar AS atau meningkat 5,60 persen jika dibandingkan Oktober 2015 yang tercatat sebesar 9,34 miliar dolar AS, namun demikian turun 6,62 persen jika dibandingkan November 2014.
Peningkatan impor nonmigas terbesar 2015 adalah golongan perhiasan permata sebesar 255,7 juta dolar AS atau mencapai 607,36 persen, sedangkan penurunan terbesar adalah golongan kapal laut dan bangunan terapung sebesar 75,5 miliar dolar AS atau 72,53 persen.
Sementara impor migas pada bulan yang sama mencapai 1,64 miliar dolar AS atau turun 6,95 persen jika dibandingkan Oktober 2015. Demikian pula apabila dibandingkan November 2014 turun 52,76 persen, dimana tercatat sebesar 3,47 miliar dolar AS.
Secara kumulatif nilai impor Januari-November 2015 mencapai 130,61 miliar dolar AS atau turun 20,24 persen dibanding periode yang sama tahun 2014. Kumulatif nilai impor terdiri dari impor migas sebesar 22,82 miliar dolar AS yang turun 43,06 persen dan nonmigas 107,79 miliar dolar AS yang turun 12,84 persen.
Tiga negara asal barang impor nonmigas terbesar pada periode yang sama adalah Tiongkok dengan nilai 26,45 miliar dolar AS atau mencapai 24,54 persen, Jepang sebesar 12,24 miliar miliar dolar AS atau 11,35 persen, dan Singapura 8,17 miliar dolar AS atau 7,58 persen.
"Impor dari Tiongkok mencapai 24,54 persen, atau hampir seperempat dari total impor Indonesia. Sementara impor nonmigas dari ASEAN mencapai pangsa pasar 21,95 persen, dan Uni Eropa 9,48 persen," kata Suryamin.
Nilai impor golongan barang konsumsi, bahan baku penolong, dan barang modal selama Januari-November 2015 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing sebesar 15,17 persen, 21,39 persen, dan 17,06 persen.
"Ada peningkatan impor pada empat golongan barang pada November dibandingkan Oktober 2015, namun jika dibandingkan dengan tahun lalu masih mengalami penurunan," kata Kepala BPS Suryamin, dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Suryamin mengatakan, empat golongan barang tersebut adalah mesin dan peralatan listrik naik sebesar 11,71 persen, besi dan baja sebesar 17,65 persen, kendaraan dan bagiannya sebesar 0,96 persen dan benda dari besi dan baja sebesar 21,79 persen.
"Yang saya sebutkan itu merupakan bagian dari investasi, mulai ada sedikit peningkatan," kata Suryamin.
Sementara jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2014 lalu, Suryamin mengatakan, kinerja impor masih mengalami penurunan sebesar 18,03 persen di mana pada bulan yang sama di tahun tersebut tercatat impor sebesar 14,04 miliar dolar AS.
Untuk impor nonmigas pada November 2015 mencapai 9,87 miliar dolar AS atau meningkat 5,60 persen jika dibandingkan Oktober 2015 yang tercatat sebesar 9,34 miliar dolar AS, namun demikian turun 6,62 persen jika dibandingkan November 2014.
Peningkatan impor nonmigas terbesar 2015 adalah golongan perhiasan permata sebesar 255,7 juta dolar AS atau mencapai 607,36 persen, sedangkan penurunan terbesar adalah golongan kapal laut dan bangunan terapung sebesar 75,5 miliar dolar AS atau 72,53 persen.
Sementara impor migas pada bulan yang sama mencapai 1,64 miliar dolar AS atau turun 6,95 persen jika dibandingkan Oktober 2015. Demikian pula apabila dibandingkan November 2014 turun 52,76 persen, dimana tercatat sebesar 3,47 miliar dolar AS.
Secara kumulatif nilai impor Januari-November 2015 mencapai 130,61 miliar dolar AS atau turun 20,24 persen dibanding periode yang sama tahun 2014. Kumulatif nilai impor terdiri dari impor migas sebesar 22,82 miliar dolar AS yang turun 43,06 persen dan nonmigas 107,79 miliar dolar AS yang turun 12,84 persen.
Tiga negara asal barang impor nonmigas terbesar pada periode yang sama adalah Tiongkok dengan nilai 26,45 miliar dolar AS atau mencapai 24,54 persen, Jepang sebesar 12,24 miliar miliar dolar AS atau 11,35 persen, dan Singapura 8,17 miliar dolar AS atau 7,58 persen.
"Impor dari Tiongkok mencapai 24,54 persen, atau hampir seperempat dari total impor Indonesia. Sementara impor nonmigas dari ASEAN mencapai pangsa pasar 21,95 persen, dan Uni Eropa 9,48 persen," kata Suryamin.
Nilai impor golongan barang konsumsi, bahan baku penolong, dan barang modal selama Januari-November 2015 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing sebesar 15,17 persen, 21,39 persen, dan 17,06 persen.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: