Arab Saudi umumkan aliansi 34 negara Islam lawan terorisme
15 Desember 2015 11:44 WIB
Kunjungan Kenegaraan Presiden Joko Widodo Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Menteri Pertahanan sekaligus Wakil Putera Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salman Abdul Aziz Al Saudi (kiri) saat kunjungan kenegaraan di Istana Raja Faisal Jeddah, Kerajaan Arab Saudi, Sabtu (12/9) malam waktu setempat. Pertemuan tersebut membahas mengenai kerjasama di bidang industri strategis dan pertahanan. (ANTARA FOTO/Panca Hari Prabowo) ()
Riyadh (ANTARA News) - Arab Saudi pada Selasa mengumumkan pembentukan aliansi militer 34 negara Islam untuk memerangi terorisme menurut pernyataan bersama yang disiarkan kantor berita negara itu, SPA.
Menurut pernyataan bersama itu, negara-negara tersebut memutuskan membentuk sekutu militer yang dipimpin oleh Arab Saudi untuk memerangi terorisme.
"Pusat operasi gabungan akan dibangun di kota Riyadh untuk mengoordinasi dan mendukung operasi militer guna memerangi terorisme serta membuat program dan mekanisme yang dianggap perlu untuk mendukung upaya itu," kata pernyataan tersebut.
Negara yang masuk dalam persekutuan pimpinan Arab Saudi itu antara lain Yordania, Uni Emirat Arab, Pakistan, Bahrain, Bangladesh, Benin, Turki, Chad, Togo, Tunisia, dan Djibouti.
Selain itu ada Senegal, Sudan, Sierra Leone, Somalia, Gabon, Guinea, Palestina, Comoros, Qatar, Cote d'Ivoire, Kuwait, Lebanon, Libya, Maladewa, Mali, Malaysia, Mesir, Maroko, Mauritania, Niger, Nigeria, dan Yemen.
Lebih dari 10 negara Islam lain termasuk Indonesia, menurut pernyataan yang dilansir SPA, menyatakan dukungan mereka pada aliansi tersebut.
Menurut pernyataan itu, pembentukan sekutu militer antara lain dilakukan demi "menjalankan tugas untuk melindungi negara dari kejahatan semua kelompok bersenjata dan organisasi teroris - apapun doktrin dan gelar mereka - yang menebar pembunuhan dan korupsi di dunia dan dirancang untuk meneror orang-orang tak bersalah".
Pernyataan itu juga menyebutkan bahwa pengaturan yang sesuai akan dibuat untuk berkoordinasi dengan negara-negara sahabat yang cinta damai dan badan-badan internasional demi mendukung upaya internasional untuk memerangi terorisme serta menjaga keamanan dan perdamaian internasional.
Seperti dilansir kantor berita Reuters, dalam konferensi pers putra mahkota dan Menteri Pertahanan Arab Saudi Mohammed bin Salman mengatakan kepara wartawan Selasa bahwa kampanye itu akan mengoordinasi upaya untuk memerangi terorisme di Irak, Suriah, Libya, Mesir dan Afghanistan.
"Akan ada koordinasi internasional dengan kekuatan utama dan organisasi internasional ... dalam hal operasi di Suriah dan Irak. Kami tidak bisa menjalankan operasi ini tanpa berkoordinasi dengan legitimasi di tempat ini dan komunitas internasional," katanya tanpa mengelaborasi.
Ketika ditanya apakah sekutu baru itu hanya akan fokus pada ISIS, dia mengatakan bahwa sekutu tidak hanya akan melawan kelompok itu tapi "setiap organisasi teroris yang muncul di hadapan kita."
Arab Saudi dan tetangganya di Teluk Arab terkunci dalam perang sembilan bulan dengan pemberontak sekutu Iran di negara tetangga Yaman, melancarkan ratusan serangan ke sana.
Menurut pernyataan bersama itu, negara-negara tersebut memutuskan membentuk sekutu militer yang dipimpin oleh Arab Saudi untuk memerangi terorisme.
"Pusat operasi gabungan akan dibangun di kota Riyadh untuk mengoordinasi dan mendukung operasi militer guna memerangi terorisme serta membuat program dan mekanisme yang dianggap perlu untuk mendukung upaya itu," kata pernyataan tersebut.
Negara yang masuk dalam persekutuan pimpinan Arab Saudi itu antara lain Yordania, Uni Emirat Arab, Pakistan, Bahrain, Bangladesh, Benin, Turki, Chad, Togo, Tunisia, dan Djibouti.
Selain itu ada Senegal, Sudan, Sierra Leone, Somalia, Gabon, Guinea, Palestina, Comoros, Qatar, Cote d'Ivoire, Kuwait, Lebanon, Libya, Maladewa, Mali, Malaysia, Mesir, Maroko, Mauritania, Niger, Nigeria, dan Yemen.
Lebih dari 10 negara Islam lain termasuk Indonesia, menurut pernyataan yang dilansir SPA, menyatakan dukungan mereka pada aliansi tersebut.
Menurut pernyataan itu, pembentukan sekutu militer antara lain dilakukan demi "menjalankan tugas untuk melindungi negara dari kejahatan semua kelompok bersenjata dan organisasi teroris - apapun doktrin dan gelar mereka - yang menebar pembunuhan dan korupsi di dunia dan dirancang untuk meneror orang-orang tak bersalah".
Pernyataan itu juga menyebutkan bahwa pengaturan yang sesuai akan dibuat untuk berkoordinasi dengan negara-negara sahabat yang cinta damai dan badan-badan internasional demi mendukung upaya internasional untuk memerangi terorisme serta menjaga keamanan dan perdamaian internasional.
Seperti dilansir kantor berita Reuters, dalam konferensi pers putra mahkota dan Menteri Pertahanan Arab Saudi Mohammed bin Salman mengatakan kepara wartawan Selasa bahwa kampanye itu akan mengoordinasi upaya untuk memerangi terorisme di Irak, Suriah, Libya, Mesir dan Afghanistan.
"Akan ada koordinasi internasional dengan kekuatan utama dan organisasi internasional ... dalam hal operasi di Suriah dan Irak. Kami tidak bisa menjalankan operasi ini tanpa berkoordinasi dengan legitimasi di tempat ini dan komunitas internasional," katanya tanpa mengelaborasi.
Ketika ditanya apakah sekutu baru itu hanya akan fokus pada ISIS, dia mengatakan bahwa sekutu tidak hanya akan melawan kelompok itu tapi "setiap organisasi teroris yang muncul di hadapan kita."
Arab Saudi dan tetangganya di Teluk Arab terkunci dalam perang sembilan bulan dengan pemberontak sekutu Iran di negara tetangga Yaman, melancarkan ratusan serangan ke sana.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015
Tags: