Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta, Selasa pagi, bergerak menguat 67 poin dari posisi kemarin sore menjadi Rp14.055 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan harga minyak mentah dunia yang sempat naik dari titik terendah menjadi salah satu faktor penopang bagi rupiah, namun secara umum ruang depresiasi bagi rupiah masih terbuka dalam jangka pendek.

"Potensi penguatan dolar AS masih cukup terbuka menyusul rencana bank sentral AS menaikkan suku bunganya, situasi itu masih memberikan kekhawatiran terhadap investor di pasar uang," katanya.

Dari dalam negeri, menurut dia, pelaku pasar uang sedang menanti data neraca perdagangan Indonesia periode November yang akan dirilis hari ini.

Baca juga : Rupiah senin sore melemah menjadi Rp14.011

Sementara ekonom Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy memprediksi neraca perdagangan November 2015 surplus 554 juta dolar AS, lebih rendah daripada konsensus 900 juta dolar AS.

"Kami memprediksi alasan utama surplus adalah penurunan ekspor bulanan yang lebih besar daripada penurunan impor. Penurunan ekspor itu terbebani harga komoditas yang turun dan permintaan luar negeri yang masih rendah," katanya.

Di sisi lain, dia melanjutkan, defisit neraca berjalan diprediksi lebih terukur, dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) kemungkinan dipertahankan di level 7,5 persen.

"Meskipun defisit neraca berjalan dapat lebih terukur, masih ada risiko pada volatilitas nilai tukar rupiah dalam waktu dekat karena keyakinan pelaku pasar yang tinggi pada kemungkinan kenaikan suku bunga AS pada Desember 2015," katanya.