Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak melemah sebesar 19 poin menjadi Rp14.011 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.992 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin mengatakan mata uang rupiah turun menembus level Rp14.000 per dolar AS menyusul potensi kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate).

"Menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 15-16 Desember mendatang, pelaku pasar menahan untuk masuk ke aset di negara-negara berisiko, termasuk Indonesia sehingga laju rupiah cenderung mengalami koreksi," kata Ariston Tjendra .

Di sisi lain, lanjut dia, penurunan harga komoditas dunia juga masih masih membayangi tinjauan/outlook ekonomi Indonesia, yang mana Indonesia merupakan salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia dan eksportir batu bara.

"Akumulasi faktor kenaikan suku bunga di AS serta merosotnya harga komoditas memberikan tekanan bagi rupiah," katanya

Sementara itu, pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova mengharapkan bahwa bank sentral AS/The Fed tidak menunda kembali rencananya untuk menaikkan suku bunga acuannya sehingga ketidakpastian di pasar keuangan berkurang.

"Ketidakpastian masih menyelimuti pasar keuangan pasar global, termasuk di Indonesia mengenai rencana the Fed, diharapkan kenaikan suku bunga tidak ditunda seperti pada pertemuan FOMC sebelumnya," katanya.

Meski mata uang rupiah melemah, ia mengatakan pelemahannya masih cenderung terbatas menyusul aksi Bank Indonesia yang aktif menjaga fluktuasi di pasar valas domestik.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Senin (14/12) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp14.076 dibandingkan hari sebelumnya (11/12) di posisi Rp13.937 per dolar AS.