Bupati Abdya Jupri Hassannuddin, di Blangpidie, Senin mengatakan, berdasarkan surat keputusan yang telah dieluarkan tersebut, status darurat bencana diberlakukan selama tujuh hari yang terhitung sejak Sabtu (12/12) hingga Jumat (18/12).
"Kalau nanti masih membutuhkan, dapat diperpanjang lagi selama tujuh hari ke depan, ini tergantung pada intensitas curah hujan yang saat ini susah diprediksi," katanya.
Jupri Hassannuddin mengakui, sejak surat keputusan petetapan status Abdya darurat bencana dikeluarkan, dirinya telah mengintruksikan intansi terkait guna memantau kondisi wilayah termasuk mendirikan posko dan membentuk tim tanggap darurat sekaligus memberlakukan piket 24 jam.
"Sebagai antisipasi terjadinya bencana alam ini, saya telah perintahkan BPBK melalui surat keputusan untuk membentuk tim tanggap darurat bencana yang anggotanya dari berbagai elemen. Tim ini diharapkan mewasapadai titik-titik lokasi yang rawan bencana alam," katanya.
Kepada seluruh masyarakat di sembilan kecamatan dalam Kabupaten Abdya, Jupri Hassannuddin meminta untuk tetap waspada terhadap terjadinya banjir dan tanah longsor, karena kondisi cuaca saat ini yang tidak menentu.
Kepala BPBK Abdya Anwar Daud mengatakan, berdasarkan intruksi Bupati melalui surat keputusan darurat bencana pihaknya telah membentuk tim tanggap darurat sebanyak 100 orang personil dari berbagai elemen termasuk mendirikan posko komando.
"Pos komando sejak Sabtu sudah kita dirikan dan sudah memberlakukan piket 24 jam. Sedangkan tim tanggap darurat juga sudah kita bentuk sebanyak 100 personil, yang terdiri dari BPBK, PMI, SAR, SKPK, TNI, Polri dan Rapi," katanya.
Selain membentuk tim tanggap darurat, pihaknya juga mengaku telah menyiapkan alat transportasi bagi petugas penanggulangan bencana termasuk kendaraan evakuasi bagi warga dan alat sejumlah alat berat milik Dinas Pekerjaan Umum setempat sudah disiapkan, katanya.
Sembilan kecamatan yang dinyatakan status daerah rawan bencana tersebut yakni, Kecamatan Lembah Sabil, Manggeng, Tangan-Tangan, Setia, Blangpidie, Susoh, Jumpa, Kuala Batee dan Kecamatan Babahrot.
Anwar Daud mengatakan, data sementara setelah terjadinya musibah banjir dan longsor akibat hujan deras yang melanda kawasan barat selatan Aceh sejak beberapa hari terakhir telah menyebabkan 14.874 jiwa mengungsi ke rumah famili.
Selain terjadinya pengungsian, banjir juga telah menerjang 5 jembatan permanen hingga ambruk ke dasar sungai, sehingga hubungan darat di beberapa desa terputus.
Air yang menerjang rumah warga tersebut, kata dia, berasal dari sungai-sungai besar yang saat ini talut pengaman tebing sepanjang sungai telah roboh, sehingga bila hujan menguyur, air sungai besar tersebut menjadi menguap naik kepemukiman warga.
Sejumlah sungai besar yang sering meluap tersebut, di antaranya, Sungai Krueng Baru, Sungai Krueng Manggeng, Sungai Krueng Tangan-Tangan, Sungai Krueng Susoh, Alu Sungai Pinang, dan Sungai Ie Mirah Babahrot.
Hampir 75 persen talut pengaman sungai besar tersebut, kata dia, kini telah roboh, sehingga bila hujan turun air menjadi meluap ke pemukiman dan menerjang 18 rumah warga Abdya di pedesaan, katanya menambahkan.
Kemudian, banjir juga telah merusak berbagai sarana dan prasarana pemerintah lainnya seperti saluran irigasi, beronjong pengaman tebing, talut pengaman, jalan terputus dan bahkan satu orang warga Desa Adan, Kecamatan Tangan-Tangan, telah tewas akibat tertimbun tanah lonsor dikebunya sendiri, demikian Anwar Daud.