Subang, Jabar (ANTARA Newws) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan masalah kelanjutan penyelesaian aset PT Texmaco pemerintah masih menunggu hasil tender yang baru akan dilakukan minggu depan. "Soal ini (PT Texmaco) belum dipikirkan bagaimana selanjutnya, kita masih tunggu hasil tendernya minggu depan. Tentu ada `follow-up`-nya kalau terjadi apa-apa," kata Wapres Jusuf Kalla ketika berada di lokasi pabrik PT Texmaco di Subang, Jawa Barat, Sabtu, saat menyempatkan diri meninjau ke lokasi pabrik itu. Menurut Wapres, karena aset PT Texmaco ini sudah berada di bawah Perusahaan Pengelola Aset (PPA), maka harus dicarikan jalan bagaimana menyelesaikannya dengan baik. "Harus dicarikan bagaimana menyelesaikan dengan baik, tetap berfungsi dengan segala kerugian tapi bagaimana berfungsinya, itu kita carikan investornya yang bisa memfungsikan kembali ini," kata Wapres. Namun Wapres mengemukakan untuk itu dibutuhkan "entrepreneurship". Wapres berharap tender yang akan dilakukan minggu depan bisa berjalan lancar. "Hutang PT Texmaco ini jadi beban negara sebesar Rp30 triliun dan ini jadi beban seluruh rakyat. Kalau Rp30 triliun itu untuk bikin sekolah bisa 10.000 sekolah," kata Wapres. Namun untuk penyelesaiannya Wapres mengatakan tidak mau memberikan komentarnya. "Saya ke sini ingin lihat keadaannya saja. Kita ingin lihat sebelum dibeli orang, apa sebenarnya barang ini, tidak pernah ada yang lihat," kata Wapres. Sebelumnya Manimanen Sinivasan mengatakan PT Texmaco memiliki tiga lokasi pabrik, yakni di Karawang, Kali Wungu, Semarang dan, Subang dengan luas total 1.125 ha. Khusus pabrik di Subang seluas 850 ha. Menurut Manimanen Sinivasan, PT Texmaco ini didirikan pada 1997, namun kemudian berhenti pada 2004 karena krisis moneter. Selama tiga tahun ini, tambah Sinivasan, dihidupkan kembali tetapi kapasistasnya hanya 20 persen. PT Texmaco ini, tambah Manimanen, bisa digunakan untuk industri "engineering" di Indonesia, namun sayangnya restrukturisasi tidak segera diselesaikan oleh pemerintah. "Saya berharap pemerintah segera mempercepat restrukturisasinya," kata Manimanen. (*)