Kemendesa dekatkan program transmigrasi lewat "wayang"
12 Desember 2015 04:54 WIB
ilustrasi Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar (kiri) menyerahkan penghargaan kepada para kepala desa dalam Anugerah Desa Membanguan Indonesia di Jakarta, Rabu (2/12). (ANTARA FOTO/HO/Humas Kemendes/Haris) ()
Jakarta (ANTARA News) - Pada Hari Bhakti Transmigrasi ke-65, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi menggairahkan kembali program transmigrasi melalui pergelaran wayang kulit dengan lakon ”Babad Alas Winamarta”.
Pagelaran wayang kulit yang diadakan di halaman kantor Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kalibata, Jakarta, pada Jumat malam, diharapkan bisa menumbuhkan kembali animo masyarakat untuk berpartisipasi dalam program transmigrasi.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar dalam pidato sambutannya mencoba meluruskan kembali pengertian Transmigrasi yang hanya dipahami sebagai program untuk pemindahan penduduk dari kota ke desa atau dari Jawa ke luar Jawa.
"Masyarakat yang dipindahkan sebagai transmigran, juga terkesan hanya terdiri dari masyarakat yang tidak mempunyai keterampilan/kompetensi. Pada akhirnya program transmigrasi kurang populer untuk penduduk kalangan muda, karena dianggap hanya akan menjadi petani konvensional yang hidup terbatas di perdesaan," katanya.
Menurut Marwan, hakekat kebijakan dari program transmigrasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan peradaban baru di tanah harapan melalui pembangunan pusa-pusat pertumbuhan baru.
"Transmigrasi juga dalam rangka membuka kesempatan kerja dan peluang usaha dengan menggali dan mengelola potensi suberdaya kawasan transmigrasi, mengurangi kemiskinan, membuka lahan pangan dan perkebunan dan membentuk wirausaha mandiri," ujarnya.
Lakon ”Babad Alas Winamarta” dalam pagelaran wayang kali ini, imbuh Marwan, dirasa sejalan dengan roh dan cita-cita transmigrasi. ”Dalam kisah yang menuturkan perjalanan para ksatria Pandawa dalam membangun tanah harapan baru, yang nantinya menjadi pusat kerajaan dan peradaban di Amarta adalah sebuah ibroh," tandasnya.
Marwan mengakui di masa awal, masyarakat transmigran menghadapi berbagai tantangan yang harus dihadapi. Namun berkat kegigihan, keuletan, dan juga semangat untuk menancapkan sejarah di tanah harapan akhirnya berbagai tantangan tersebut menjadi peluang dan kesempatan emas.
Untuk lebih memasyarakatkan program transmigrasi serta membangkitkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap program transmigrasi, Marwan menambahkan melalui pagelaran wayang kulit ini diharapkan dapat membawa pesan dan inspirasi ”wewayangan atau gambaran” tentang perjuangan masyarakat transmigran untuk meraih kesejahteraan.
"Saya sampaikan mandat kepada Ki Dalang Gunadi Guno Suwignyo dan tim pendukung untuk menyampaikan pesan melalui lakon yang akan dimainkan," katanya.
Pagelaran wayang kulit yang diadakan di halaman kantor Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kalibata, Jakarta, pada Jumat malam, diharapkan bisa menumbuhkan kembali animo masyarakat untuk berpartisipasi dalam program transmigrasi.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar dalam pidato sambutannya mencoba meluruskan kembali pengertian Transmigrasi yang hanya dipahami sebagai program untuk pemindahan penduduk dari kota ke desa atau dari Jawa ke luar Jawa.
"Masyarakat yang dipindahkan sebagai transmigran, juga terkesan hanya terdiri dari masyarakat yang tidak mempunyai keterampilan/kompetensi. Pada akhirnya program transmigrasi kurang populer untuk penduduk kalangan muda, karena dianggap hanya akan menjadi petani konvensional yang hidup terbatas di perdesaan," katanya.
Menurut Marwan, hakekat kebijakan dari program transmigrasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan peradaban baru di tanah harapan melalui pembangunan pusa-pusat pertumbuhan baru.
"Transmigrasi juga dalam rangka membuka kesempatan kerja dan peluang usaha dengan menggali dan mengelola potensi suberdaya kawasan transmigrasi, mengurangi kemiskinan, membuka lahan pangan dan perkebunan dan membentuk wirausaha mandiri," ujarnya.
Lakon ”Babad Alas Winamarta” dalam pagelaran wayang kali ini, imbuh Marwan, dirasa sejalan dengan roh dan cita-cita transmigrasi. ”Dalam kisah yang menuturkan perjalanan para ksatria Pandawa dalam membangun tanah harapan baru, yang nantinya menjadi pusat kerajaan dan peradaban di Amarta adalah sebuah ibroh," tandasnya.
Marwan mengakui di masa awal, masyarakat transmigran menghadapi berbagai tantangan yang harus dihadapi. Namun berkat kegigihan, keuletan, dan juga semangat untuk menancapkan sejarah di tanah harapan akhirnya berbagai tantangan tersebut menjadi peluang dan kesempatan emas.
Untuk lebih memasyarakatkan program transmigrasi serta membangkitkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap program transmigrasi, Marwan menambahkan melalui pagelaran wayang kulit ini diharapkan dapat membawa pesan dan inspirasi ”wewayangan atau gambaran” tentang perjuangan masyarakat transmigran untuk meraih kesejahteraan.
"Saya sampaikan mandat kepada Ki Dalang Gunadi Guno Suwignyo dan tim pendukung untuk menyampaikan pesan melalui lakon yang akan dimainkan," katanya.
Pewarta: -
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: