Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan insinyur Indonesia harus mampu bersaing dengan tenaga asing terutama dalam membangun infrastruktur dalam negeri.

"Pada saat semua berfikir tidak bisa, mesti orang Jerman, Prancis dan lain-lain, saya katakan tidak, mesti orang kita semua. Justru karena tidak pernah maka tidak bisa," kata Wapres saat membuka Kongres XX Persatuan Insinyur Indonesia (PII) di Jakarta, Jumat.

Wapres menyampaikan pengalamannya saat membangun pembangkit listrik tenaga air di Poso yang seluruhnya dibangun oleh tenaga lokal itu agar insinyur Indonesia mempunyai keberanian untuk berinovasi.

Berdasarkan pengalamannya, dibutuhkan suatu tekad dalam tiga hal yaitu pertama untuk membuat kebijakan dalam hal ini pemerintah, tekad dari pengusaha yang membangun resiko dan dari profesional.

"Tanpa itu tidak bisa maju negeri ini. Ambil risikonya, kita bangun. Jadi butuh banyak keberanian," tambah dia.

Karena itu, menurut dia jangan pernah takut untuk berinovasi, harus ada keberanian dan kemauan untuk maju.

Di samping itu, pengusaha tanpa pemerintah tidak akan bisa bergerak, begitu juga pemerintah tanpa pengusaha dan pengusaha juga membutuhkan profesional.

Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diterapkan pada Januari 2016, menurut dia tidak perlu dikhawatirkan masuknya insinyur dari luar negeri ke Indonesia.

"Saya tidak pernah khawatir insinyur dari luar akan masuk ke Indonesia. Teorinya sangat sederhana tren itu bergerak dari negara yang gajinya rendah ke negara yang tinggi bukan sebaliknya.

Jadi yang justru saya khawatirkan insinyur kita ke negara lain," tambahnya.

Sementara Indonesia sendiri kekurangan insinyur dilihat dari perbandingan satu insinyur untuk 10.000 orang.

Yang perlu dikhawatirkan menurut Kalla adalah tidak efisien dalam produk. Karena itu industri dalam negeri yang harus diefisienkan.

Untuk itu pemerintahan ingin meningkatkan tingkat kompetisi dengan pengurangan ongkos finansial bunga tinggi, perbaikan birokrasi dan infrastruktur.