Balitbangtan kenalkan gerai pascapanen
10 Desember 2015 07:37 WIB
ilustrasi - petani mengairi tanaman Sorgum yang diuji cobakan pada lahan pasir di kawasan Pantai Baru, Srandakan, Bantul, Yogyakarta (arsip 2012/FOTO ANTARA/Sigid Kurniawan)
Jakarta (ANTARA News) - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian mengenalkan Galery Inovasi Teknologi Pascapanen atau Gerai Pascapanen.
PelaksanaHarian Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian Ridwan Rachmat di Bogor, Rabu mengatakan, Gerai Pascapanen yang diluncurkan Desember 2014 merupakan tempat untuk memamerkan produk inovasi teknologi pascapanen yang dihasilkan peneliti, sarana promosi produk dari mitra kerjasama BB Pascapanen.
"Ini sesuai visi BB Pascapenen yakni menjadi institusi penelitian dan pengembangan andalan menghasilkan inovasi teknologi pasca panen untuk ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat pertanian," katanya.
Beberapa inovasi teknologi yang telah dihasilkan BB Pascapanen yakni inovasi teknologi diversifikasi pangan dengan memanfaatkan sumberdaya domestik guna mendukung ketahanan pangan.
Inovasi teknologi pascapanen dalam rangka peningkatan nilai tambah, daya saing, mutu dan keamaman produk pertanian.
Selain itu, BB Pascapanen juga membangun kerjasama dalam dan luar negeri untuk mempercepat alihteknologi dan penguasaan IPTEK.
Menurut Rachmat, Gerai Pascapanen tidak hanya menampilkan hasil penelitian instansinya namun juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana promosi produk dari mitra kerjasama baik skala UKM maupun industri.
"Melalui gerai ini diharapkan komoditas pangan lokal terungkit sebagai bahan baku utama produk olahan pangan lokal yang bernilai tambah dan bermanfaat bagi masyarakat," katanya.
Sementara itu Manajer PT Bukaka Sofi Farid Bachtir menyatakan, pihaknya telah menjalin kerjasama dengan BB Pasca Panen untuk memasarkan hasil penelitian instansi tersebut, yakni berupa tepung sorgum.
Menurut dia, minat untuk mengembangkan usaha tepung sorgum berawal dari penyakit yang dideritanya, oleh dokter didiagnosa karena mengkonsumsi terigu yang memiliki kandungan glutenin tinggi.
"Sedangkan sorgum dengan kandungan glutenin rendah ternyata bagus untuk menderita diabetes. Sorgum ada zat antidiabetik," katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, pihaknya melakukan kemitraan dengan BB Litbang Pasca Panen Pertanian selaku pemegang hak teknologi penepungan sorgum untuk memasarkan komoditas pangan tersebut.
Teknologi penepungan sorgum yang dihasilkan BB Litbang Pasca Panen Pertanian merupakan buah penelitian Dr. Endang Yuli Purwani tenaga peneliti dari intansi tersebut.
Melalui riset yang dilakukannya akhirnya pihaknya mampu menghasilkan teknologi yang mampu menjadikan biji sorgum sebagai tepung untuk menggantikan tepung terigu yang berbahan gandum.
Sofi menyatakan, salah satu kendala untuk mengembangkan usaha tepung sorgum karena sampai saat ini belum banyak petani yang melakukan budidaya tanaman tersebut dengan alasan tidak ada pasarnya.
Saat ini, tambahnya, untuk mendapatkan satu ton sorgum sangat sulit, kalaupun sudah memperolehnya kelanjutan pasokannya tidak bisa dijamin.
Padahal, lanjut Sofi, di Papua terdapat sorgum yang dipasarkan ke Italia dengan harga 6-8 dolar AS per kilogram jauh dari harga di tingkat petani yang hanya Rp2.500 per kilogram.
Dia menyatakan, pemanfaatan tepung sorgum mampu menekan impor terigu hingga 90 persen, sehingga pemerintah sudah saatnya mendorong pengembangan tanaman sorgum.
PelaksanaHarian Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian Ridwan Rachmat di Bogor, Rabu mengatakan, Gerai Pascapanen yang diluncurkan Desember 2014 merupakan tempat untuk memamerkan produk inovasi teknologi pascapanen yang dihasilkan peneliti, sarana promosi produk dari mitra kerjasama BB Pascapanen.
"Ini sesuai visi BB Pascapenen yakni menjadi institusi penelitian dan pengembangan andalan menghasilkan inovasi teknologi pasca panen untuk ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat pertanian," katanya.
Beberapa inovasi teknologi yang telah dihasilkan BB Pascapanen yakni inovasi teknologi diversifikasi pangan dengan memanfaatkan sumberdaya domestik guna mendukung ketahanan pangan.
Inovasi teknologi pascapanen dalam rangka peningkatan nilai tambah, daya saing, mutu dan keamaman produk pertanian.
Selain itu, BB Pascapanen juga membangun kerjasama dalam dan luar negeri untuk mempercepat alihteknologi dan penguasaan IPTEK.
Menurut Rachmat, Gerai Pascapanen tidak hanya menampilkan hasil penelitian instansinya namun juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana promosi produk dari mitra kerjasama baik skala UKM maupun industri.
"Melalui gerai ini diharapkan komoditas pangan lokal terungkit sebagai bahan baku utama produk olahan pangan lokal yang bernilai tambah dan bermanfaat bagi masyarakat," katanya.
Sementara itu Manajer PT Bukaka Sofi Farid Bachtir menyatakan, pihaknya telah menjalin kerjasama dengan BB Pasca Panen untuk memasarkan hasil penelitian instansi tersebut, yakni berupa tepung sorgum.
Menurut dia, minat untuk mengembangkan usaha tepung sorgum berawal dari penyakit yang dideritanya, oleh dokter didiagnosa karena mengkonsumsi terigu yang memiliki kandungan glutenin tinggi.
"Sedangkan sorgum dengan kandungan glutenin rendah ternyata bagus untuk menderita diabetes. Sorgum ada zat antidiabetik," katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, pihaknya melakukan kemitraan dengan BB Litbang Pasca Panen Pertanian selaku pemegang hak teknologi penepungan sorgum untuk memasarkan komoditas pangan tersebut.
Teknologi penepungan sorgum yang dihasilkan BB Litbang Pasca Panen Pertanian merupakan buah penelitian Dr. Endang Yuli Purwani tenaga peneliti dari intansi tersebut.
Melalui riset yang dilakukannya akhirnya pihaknya mampu menghasilkan teknologi yang mampu menjadikan biji sorgum sebagai tepung untuk menggantikan tepung terigu yang berbahan gandum.
Sofi menyatakan, salah satu kendala untuk mengembangkan usaha tepung sorgum karena sampai saat ini belum banyak petani yang melakukan budidaya tanaman tersebut dengan alasan tidak ada pasarnya.
Saat ini, tambahnya, untuk mendapatkan satu ton sorgum sangat sulit, kalaupun sudah memperolehnya kelanjutan pasokannya tidak bisa dijamin.
Padahal, lanjut Sofi, di Papua terdapat sorgum yang dipasarkan ke Italia dengan harga 6-8 dolar AS per kilogram jauh dari harga di tingkat petani yang hanya Rp2.500 per kilogram.
Dia menyatakan, pemanfaatan tepung sorgum mampu menekan impor terigu hingga 90 persen, sehingga pemerintah sudah saatnya mendorong pengembangan tanaman sorgum.
Pewarta: Subagyo
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015
Tags: