Indonesia-Inggris bekerja sama atasi ideologi ekstrim
7 Desember 2015 16:47 WIB
Dua siswi membaca buku "Kutemukan Makna Jihad" saat sosialisasi anti terorisme pada peringatan 7 tahun tragedi bom Bali II di Pantai Jimbaran, Badung, Bali, Senin (1/10). Puluhan siswa SMP, SMA dan sejumlah guru mengadakan dialog dengan tokoh agama, ulama dan pakar terorisme untuk mengingatkan kembali makna Pancasila sekaligus untuk menangkal sikap radikalisme sejak dini. (ANTARA/Nyoman Budhiana)
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Inggris Raya mempererat kerja sama dalam mengatasi ideologi ekstrim yang saat ini sedang mengancam di tataran global seperti tindakan kekerasan yang dilakukan ISIS dan simpatisannya.
"Kami membahas bagaimana kami dapat bekerja sama bersama-sama dalam tataran internasional untuk mencoba menghilangkan ideologi ekstrim yang penuh kekerasan ini," kata Duta Besar Inggris Raya, Moazzam Malik, setelah diterima Wakil Presiden, Jusuf Kalla, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin.
Malik katakan, Indonesia memiliki catatan yang kuat tentang toleransi, pluralisme, dan keragaman, tetapi di balik itu masih terdapat potensi risiko ekstrimisme yang perlu dihadapi.
Dia juga mengemukakan mengenai rencana kunjungan Kalla ke Inggris dan juga kedatangan kunjungan pemimpin senior muslim Inggis ke Indonesia, pada beberapa bulan mendatang.
"Sehingga kita dapat membangun kemitraan antara organisasi muslim Inggris dan organisasi muslim Indonesia Kami juga dapat bekerja sama dan belajar dari pengalaman Indonesia," katanya.
Sedangkan dalam bidang ekonomi, ia mengemukakan kerja sama itu antara lain dalam industri minyak bumi dan gas, serta sektor asuransi dan keuangan.
Malik juga membahas mengenai iklim regulasi yang disebutnya sebagai salah satu tantangan terbesar dalam berinvestasi di Indonesia.
"Regulasinya terkadang tidak konsisten dan juga tidak transparan," katanya.
"Kami membahas bagaimana kami dapat bekerja sama bersama-sama dalam tataran internasional untuk mencoba menghilangkan ideologi ekstrim yang penuh kekerasan ini," kata Duta Besar Inggris Raya, Moazzam Malik, setelah diterima Wakil Presiden, Jusuf Kalla, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin.
Malik katakan, Indonesia memiliki catatan yang kuat tentang toleransi, pluralisme, dan keragaman, tetapi di balik itu masih terdapat potensi risiko ekstrimisme yang perlu dihadapi.
Dia juga mengemukakan mengenai rencana kunjungan Kalla ke Inggris dan juga kedatangan kunjungan pemimpin senior muslim Inggis ke Indonesia, pada beberapa bulan mendatang.
"Sehingga kita dapat membangun kemitraan antara organisasi muslim Inggris dan organisasi muslim Indonesia Kami juga dapat bekerja sama dan belajar dari pengalaman Indonesia," katanya.
Sedangkan dalam bidang ekonomi, ia mengemukakan kerja sama itu antara lain dalam industri minyak bumi dan gas, serta sektor asuransi dan keuangan.
Malik juga membahas mengenai iklim regulasi yang disebutnya sebagai salah satu tantangan terbesar dalam berinvestasi di Indonesia.
"Regulasinya terkadang tidak konsisten dan juga tidak transparan," katanya.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015
Tags: