COP Paris dorong penggunaan energi terbarukan
6 Desember 2015 17:52 WIB
KTT Perubahan Iklim Antrean delegasi Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim (Conference of Parties/COP) ke-21 dari berbagai negara di konter tiket transportasi gratis di area Paris Le Borguet, Paris, Prancis, Minggu (29/11). Pemerintah Prancis bersama United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) menggratiskan transportasi publik khusus bagi seluruh delegasi dari 1--13 Desember 2015 saat konferensi berlangsung. (Antara Foto/Virna Puspa Setyorini) ()
Paris (ANTARA News) - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC/COP) ke-21 di Paris mendorong penggunaan energi terbarukan dengan menyajikan 15 inisiatif kolektif dari kalangan pemerintahan, perusahaan dan masyarakat sipil.
Pertemuan para pihak untuk peluncuran inisiatif kolektif untuk mempromosikan energi efisien, terbarukan itu akan digelar pada Senin (7/12) di arena KTT Iklim di Le Bourget, Paris.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Rida Mulyana mengatakan bahwa Indonesia juga berkomitmen mengembangkan energi penggunaan sebesar 23 persen pada 2025.
"Banyak yang menyebut terlalu ambisius karena saat ini kita baru memanfaatkan 5 persen energi dari sumber terbarukan," katanya.
Ia mengatakan bahwa Indonesia masih bergantung pada energi fosil meski sumber emisi tertinggi bukan berasal dari energi namun pembukaan hutan dan lahan.
Meningkatkan penggunaan energi terbarukan menurut dia akan membantu mengurangi terlepasnya emisi karbon ke bumi, sekaligus menahan peningkatan suhu bumi.
Namun, target proyek pembangunan listrik yang telah disampaikan ESDM sebesar 35 ribu MW pada 2019, sekitar 20 ribu MW berasal dari pembangkit batubara.
"Karena perangkat yang tersedia saat ini masih memungkinkan untuk mengembangkan batubara, energi terbarukan masih perlu waktu," ucapnya.
Namun pemerintah menurut dia membuka pintu investasi untuk energi terbarukan yang berasal dari panas bumi, matahari, angin, gelombang hingga tenaga air.
Lebih lanjut ia menambahkan bahwa pertemuan pada Senin tersebut dilatar belakangi sektor energi yang menyumbang sekitar dua pertiga untuk emisi global, sehingga menjadi prioritas untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah dua derajat Celsius.
Dunia saat ini berinvestasi 9 miliar dolar AS per tahun untuk akses energi dan membutuhkan sekitar 50 miliar dolar AS untuk mencapai akses energi global.
Pertemuan para pihak untuk peluncuran inisiatif kolektif untuk mempromosikan energi efisien, terbarukan itu akan digelar pada Senin (7/12) di arena KTT Iklim di Le Bourget, Paris.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Rida Mulyana mengatakan bahwa Indonesia juga berkomitmen mengembangkan energi penggunaan sebesar 23 persen pada 2025.
"Banyak yang menyebut terlalu ambisius karena saat ini kita baru memanfaatkan 5 persen energi dari sumber terbarukan," katanya.
Ia mengatakan bahwa Indonesia masih bergantung pada energi fosil meski sumber emisi tertinggi bukan berasal dari energi namun pembukaan hutan dan lahan.
Meningkatkan penggunaan energi terbarukan menurut dia akan membantu mengurangi terlepasnya emisi karbon ke bumi, sekaligus menahan peningkatan suhu bumi.
Namun, target proyek pembangunan listrik yang telah disampaikan ESDM sebesar 35 ribu MW pada 2019, sekitar 20 ribu MW berasal dari pembangkit batubara.
"Karena perangkat yang tersedia saat ini masih memungkinkan untuk mengembangkan batubara, energi terbarukan masih perlu waktu," ucapnya.
Namun pemerintah menurut dia membuka pintu investasi untuk energi terbarukan yang berasal dari panas bumi, matahari, angin, gelombang hingga tenaga air.
Lebih lanjut ia menambahkan bahwa pertemuan pada Senin tersebut dilatar belakangi sektor energi yang menyumbang sekitar dua pertiga untuk emisi global, sehingga menjadi prioritas untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah dua derajat Celsius.
Dunia saat ini berinvestasi 9 miliar dolar AS per tahun untuk akses energi dan membutuhkan sekitar 50 miliar dolar AS untuk mencapai akses energi global.
Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: