Denpasar (ANTARA News) - Empat penari Bali batal tampil dalam sidang UNESCO di Namibia, Afrika, 2 Desember ini karena terkendala visa transit di Afrika Selatan, padahal mereka seyogyanya tampil untuk penetapan sembilan tari tradisi Bali menjadi Warisan Budaya Dunia Tak Benda.

Guru Besar Institut Seni Indonesia Denpasar Prof Dr I Wayan Dibia yang sedianya akan berangkat bersama tiga penari lainnya ke Namibia, di Denpasar Rabu mengatakan jika dipaksakan tetap berangkat, kemungkinan akan sampai di sana setelah sidang selesai.

"Tetapi jangan ada kekhawatiran karena tidak berangkat lalu penetapannya akan dibatalkan. Bahan sudah ada di tim penilai," ucap Dibia didampingi oleh Kadis Kebudayaan Bali Dewa Putu Beratha dan budayawan Prof Dr I Made Bandem dan Dr I Nyoman Astita.

Sembilan tari tradisi Bali yang diusulkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Dunia oleh Badan PBB yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaaan (UNESCO) adalah Tari Barong Ket, Tari Joged Bumbung, Tari Legong Keraton, Drama Tari Wayang Wong, Drama Tari Gambuh, Topeng Sidhakarya, Tari Baris Upacara, Tari Sanghyang Dedari dan Tari Rejang.

Pihaknya sebelumnya ingin langsung menampilkan Tari Nawasari atau intisari sembilan tarian itu dengan maksud untuk mengingatkan tarian tersebut kepada para juri setelah Wakil Delegasi Indonesia berpidato karena tidak semua peserta sidang menyaksikan film-film yang sudah disiapkan untuk penilaian.

"Karena tidak jadi berangkat, akhirnya yang dipakai ilustrasi sambutan adalah film-film yang disiapkan dari Bali. Kami siapkan film dari sejumlah tarian yang dinominasikan dalam bentuk cuplikan-cuplikan dan itu sudah sampai di tangan Dubes. Ilustrasi disampaikan saat pemaparan," ucapnya.

Pandangan senada disampaikan budayawan dan praktisi seni Prof Dr I Made Bandem mengatakan sesungguhnya yang dinilai adalah film-film yang menyertai deskripsi tari sembilan tarian yang diusulkan.

"Tim juri, tim pleno sudah dibekali dengan sembilan film tari tradisional Bali yang dibuat oleh tim pusat pada 2010," ucapnya.

Tari Nawasari itu, kata Bandem, sesungguhnya untuk menyambut, memberikan gambaran kegembiraan menerima penetapan itu. "Kalau sudah sampai list mudah-mudahan saja lolos," ucap Bandem.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha mengatakan usulan untuk penetapan sembilan tarian tersebut dibahas hari ini (2 Desember) setelah makan siang waktu Namibia atau dimulai sekitar pukul 19.30 WIB dan akan berakhir pukul 22.30 WIB.

"Penari tidak jadi tampil tidak akan mempengaruhi penilaian karena itu sesungguhnya ungkapan kegembiraan atas penetapan sebagai Warisan Budaya Dunia.