Paris (ANTARA News) - Utusan Khusus Presiden untuk Penanggulangan Perubahan Iklim Rachmat Witoelar mengatakan negara-negara besar kini cenderung mempercayai dampak besar perubahan iklim terhadap negara-negara kecil dan berkembang.

"Kesan saya semua negara mulai mendekat karena sekarang lebih konvergen, terutama setelah setiap kepala negara menyatakan sikap negaranya di leaders event," kata dia di Paris, Rabu.

"Kalau dulu kan divergen, negara-negara maju tidak mau mengakui ada dampak lebih besar dirasakan masyarakat di negara-negara kecil dan berkembang dari perubahan iklim."

Pertemuan Tiongkok dan Amerika Serikat pada acara PBB untuk Sustainable Development Goals (SDGs) pada September 2015 di New York, menurut Rachmat mulai mendekatkan mereka dalam hal persoalan yang berkaitan dengan perubahan iklim.

"Kesimpulan pribadi saya bahwa perhatian negara-negara maju di COP sudah mulai mengendor untuk persoalan kebutuhan nasional dibanding internasional, untuk menghadapi perubahan iklim. Mereka dulu tidak percaya perubahan iklim," ujar Rachmat.

Oleh karena itu, Rachmat menganggap persoalan finansial untuk mendukung mengatasi persoalan perubahan iklim bukan hal sulit dalam negosiasi COP 21.

Negara-negara besar atau donor menyalurkan pendanaan, dan Indonesia bisa tetap mengambil kesempatan-kesempatan meski masih dalam posisi berlawanan dalam berbagai negosiasi, kata dia.