KNKT temukan 23 gangguan sistem RTL AirAsia
1 Desember 2015 17:40 WIB
Plt Kasubkom Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo menjelaskan tahapan jatuhnya pesawat saat rilis hasil penyelidikan kecelakaan pesawat Air Asia QZ 8501 di Jakarta, Selasa (1/12). KNKT menyatakan jatuhnya pesawat disebabkan oleh retakan solder pada modul elektronik pembatas kemudi guling pesawat terbang (Rudder Travel Limiter Unit/RTLU). (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Jakarta (ANTARA News) - Komite Nasional Keselamatan Transportasi menemukan 23 kali gangguan yang terkait dengan sistem rudder travel limiter di dalam pesawat AirAsia QZ8501 dalam 12 bulan terakhir pada 2014.
"Investigasi terhadap catatan perawatan pesawat dalam 12 bulan terakhir menemukan adanya 23 kali gangguan yang terkait dengan sistem rudder travel limiter," kata Pelaksana Tugas Kepala Sub Komite Investigasi Kecelakaan Transportasi Penerbangan KNKT Nucahyo Utomo dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.
Sementara itu, lanjut dia, selang waktu antara kejadian menjadi lebih pendek dalam tiga bulan terakhir.
"Hal jni diawali oleh retakan solder pada electronic module pada rudder travel limiter unit (RTLU) yang lokasinya berasa pada vertical stabilizer," katanya.
Nurcahyo mengatakan sistem perawatan yang ada saat itu belum memanfaatkan post flight report (PFR) secara optimal, sehingga gangguan pada RTL yang berulang tidak terselesaikan secara tuntas.
Hal itu lah, lanjut dia, yang menyebabkan empat kali aktivasi tanda peringatan yang terekan pada kotak hitam flight data recorder atau FDR.
Nurcahyo mengatakan hal itu merupakan salah satu faktor yang berkontribusi pada kecelakaan tersebut, yakni perawatan dan analisa di perusahaan yang belum optimal yang mengakibatkan tidak terselesaikannya masalah yang berulang.
"Kejadian yang sama terjadi sebanyak empat kali dalam penerbangan," katanya.
"Investigasi terhadap catatan perawatan pesawat dalam 12 bulan terakhir menemukan adanya 23 kali gangguan yang terkait dengan sistem rudder travel limiter," kata Pelaksana Tugas Kepala Sub Komite Investigasi Kecelakaan Transportasi Penerbangan KNKT Nucahyo Utomo dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.
Sementara itu, lanjut dia, selang waktu antara kejadian menjadi lebih pendek dalam tiga bulan terakhir.
"Hal jni diawali oleh retakan solder pada electronic module pada rudder travel limiter unit (RTLU) yang lokasinya berasa pada vertical stabilizer," katanya.
Nurcahyo mengatakan sistem perawatan yang ada saat itu belum memanfaatkan post flight report (PFR) secara optimal, sehingga gangguan pada RTL yang berulang tidak terselesaikan secara tuntas.
Hal itu lah, lanjut dia, yang menyebabkan empat kali aktivasi tanda peringatan yang terekan pada kotak hitam flight data recorder atau FDR.
Nurcahyo mengatakan hal itu merupakan salah satu faktor yang berkontribusi pada kecelakaan tersebut, yakni perawatan dan analisa di perusahaan yang belum optimal yang mengakibatkan tidak terselesaikannya masalah yang berulang.
"Kejadian yang sama terjadi sebanyak empat kali dalam penerbangan," katanya.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015
Tags: