Rupiah menguat menjadi Rp13.784
30 November 2015 17:39 WIB
Petugas menghitung mata uang rupiah pecahan Rp100.000 di tempat penukaran mata uang asing di Jakarta, Jumat (16/10/15). (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak menguat sebesar 17 poin menjadi Rp13.784 dibandingkan posisi sebelumnya pada posisi Rp13.801 per dolar AS.
Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Senin mengatakan bahwa penguatan mata uang rupiah pada awal pekan ini (30/11) cenderung ditopang oleh faktor teknikal setelah mengalami tekanan cukup dalam pada perdagangan akhir pekan lalu (Jumat, 27/11).
"Penguatan rupiah masih rentan karena belum didukung faktor fundamental ekonomi domestik," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa potensi pembalikan arah mata uang rupiah ke area negatif juga cukup terbuka jika data perekonomian Indonesia yang sedianya akan dirlis Badan Pusat Statistik (BPS) besok, (Selasa, 1/12) tidak sesuai harapan pasar.
Di sisi lain, lanjut dia, laju nilai tukar rupiah juga masih dibatasi oleh rencana bank sentral Amerika Serikat untuk menaikan suku bunga acuannya. Diharapkan, bank sentral AS merealisasikan rencananya untuk menaikan suku bunga sehingga ada kepastian bagi pelaku pasar.
"Yang dibutuhkan pelaku pasar yakni adanya kepastian dari the Fed, dengan begitu pelaku pasar dapat melakukan kalkulasi investasi ke depannya," katanya.
Di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga AS, ia mengharapkan bahwa pemerintah Indonesia dapat lebih agresif merealisasikan penyerapan anggarakan belanja modal dalam rangka perbaikan infrastruktur.
"Infrastruktur yang membaik akan mendorong pertumbuhan ekonomi positif," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Senin (30/11) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.840 dibandingkan hari sebelumnya (27/11) di posisi Rp13.747 per dolar AS.
Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Senin mengatakan bahwa penguatan mata uang rupiah pada awal pekan ini (30/11) cenderung ditopang oleh faktor teknikal setelah mengalami tekanan cukup dalam pada perdagangan akhir pekan lalu (Jumat, 27/11).
"Penguatan rupiah masih rentan karena belum didukung faktor fundamental ekonomi domestik," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa potensi pembalikan arah mata uang rupiah ke area negatif juga cukup terbuka jika data perekonomian Indonesia yang sedianya akan dirlis Badan Pusat Statistik (BPS) besok, (Selasa, 1/12) tidak sesuai harapan pasar.
Di sisi lain, lanjut dia, laju nilai tukar rupiah juga masih dibatasi oleh rencana bank sentral Amerika Serikat untuk menaikan suku bunga acuannya. Diharapkan, bank sentral AS merealisasikan rencananya untuk menaikan suku bunga sehingga ada kepastian bagi pelaku pasar.
"Yang dibutuhkan pelaku pasar yakni adanya kepastian dari the Fed, dengan begitu pelaku pasar dapat melakukan kalkulasi investasi ke depannya," katanya.
Di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga AS, ia mengharapkan bahwa pemerintah Indonesia dapat lebih agresif merealisasikan penyerapan anggarakan belanja modal dalam rangka perbaikan infrastruktur.
"Infrastruktur yang membaik akan mendorong pertumbuhan ekonomi positif," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Senin (30/11) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.840 dibandingkan hari sebelumnya (27/11) di posisi Rp13.747 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: