Prancis seru Teluk terima lebih banyak pengungsi
28 November 2015 13:48 WIB
Menteri Pendidikan Prancis Najat Vallaud-Belkacem (kiri), Presiden Prancis Francois Hollande (tengah) dan Perdana Menteri Prancis Manuel Valls pada Senin (16/11) berdiri di antara mahasiswa saat mereka mengheningkan cipta selama satu menit di Universitas Sorbonne di Paris untuk mengenang korban tewas dalam serangan Paris.(REUTERS/Guillaume Horcajuelo/Pool )
Evry, Prancis (ANTARA News) - Perdana Menteri Prancis Manuel Valls menyeru negara-negara Teluk untuk menerima lebih banyak pengungsi yang melarikan diri dari Suriah, mengatakan "bencana kemanusiaan" bisa meletus di Balkan jika Eropa tidak mengontrol perbatasannya.
"Saya akan mengatakannya lagi, Eropa tidak dapat menerima semua pengungsi yang berasal dari Suriah. Itu sebabnya kita perlu solusi diplomatik, militer dan politik di Suriah," kata Valls pada Jumat malam (27/11).
"Setiap negara harus memainkan peran; saya terutama berpikir tentang negara-negara Teluk," kata Perdana Menteri saat diskusi dengan warga Evry di pinggiran Paris, yang fokus pada reaksi terhadap serangan yang mengguncang Ibu Kota dua pekan lalu .
Sebagian besar dari sekitar empat juta pengungsi Suriah yang melarikan diri dari negara mereka sejak perang saudara pecah telah melakukan perjalanan ke negara tetangga Libya, Jordania atau Turki.
Tapi Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab dan negara-negara Teluk lainnya tetap menutup negaranya untuk para pengungsi, sementara Eropa berjuang untuk mengadopsi kebijakan umum terhadap ratusan ribu pengungsi yang tiba di perbatasannya.
Kecuali perbatasan Uni Eropa dikendalikan dengan baik "kita akan melihat bencana kemanusiaan di Balkan pada musim dingin ini dan Eropa akan kembali ditutup," kata Valls mengingatkan.
Dan sementara Perdana Menteri menolak adanya hubungan antara pengungsi asli dan terorisme, ia juga menyoroti bahaya jika teroris diizinkan masuk ke Uni Eropa bersama orang-orang yang melarikan diri dari perang.
"Hanya butuh beberapa teroris menyelinap bersama arus masuk pengungsi, dan orang-orang Eropa mengatakan, 'Tunggu, jika teroris masuk bersama dengan pengungsi, maka berarti setiap pengungsi bisa menimbulkan ancaman', " katanya seperti dilansir kantor berita AFP.
Lebih dari 800 ribu imigran telah tiba di Eropa melalui laut sejak awal tahun, mayoritas berasal dari Timur Tengah.(Uu.G003)
"Saya akan mengatakannya lagi, Eropa tidak dapat menerima semua pengungsi yang berasal dari Suriah. Itu sebabnya kita perlu solusi diplomatik, militer dan politik di Suriah," kata Valls pada Jumat malam (27/11).
"Setiap negara harus memainkan peran; saya terutama berpikir tentang negara-negara Teluk," kata Perdana Menteri saat diskusi dengan warga Evry di pinggiran Paris, yang fokus pada reaksi terhadap serangan yang mengguncang Ibu Kota dua pekan lalu .
Sebagian besar dari sekitar empat juta pengungsi Suriah yang melarikan diri dari negara mereka sejak perang saudara pecah telah melakukan perjalanan ke negara tetangga Libya, Jordania atau Turki.
Tapi Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab dan negara-negara Teluk lainnya tetap menutup negaranya untuk para pengungsi, sementara Eropa berjuang untuk mengadopsi kebijakan umum terhadap ratusan ribu pengungsi yang tiba di perbatasannya.
Kecuali perbatasan Uni Eropa dikendalikan dengan baik "kita akan melihat bencana kemanusiaan di Balkan pada musim dingin ini dan Eropa akan kembali ditutup," kata Valls mengingatkan.
Dan sementara Perdana Menteri menolak adanya hubungan antara pengungsi asli dan terorisme, ia juga menyoroti bahaya jika teroris diizinkan masuk ke Uni Eropa bersama orang-orang yang melarikan diri dari perang.
"Hanya butuh beberapa teroris menyelinap bersama arus masuk pengungsi, dan orang-orang Eropa mengatakan, 'Tunggu, jika teroris masuk bersama dengan pengungsi, maka berarti setiap pengungsi bisa menimbulkan ancaman', " katanya seperti dilansir kantor berita AFP.
Lebih dari 800 ribu imigran telah tiba di Eropa melalui laut sejak awal tahun, mayoritas berasal dari Timur Tengah.(Uu.G003)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015
Tags: