Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore, bergerak melemah 63 poin menjadi Rp13.805 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.742 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, mengatakan proyeksi Bank Indonesia bahwa November akan mengalami inflasi menjadi salah satu sentimen negatif bagi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Inflasi mendorong uang beredar tinggi, situasi itu yang menjadi salah satu faktor rupiah mengalami tekanan," katanya.

Dari eksternal, lanjut dia, pelaku pasar uang juga sedang mengantisipasi rencana bank sentral AS untuk menaikan suku bunga acuannya, di tengah situasi itu investor cenderung tidak berlama-lama menempatkan dananya di aset pasar uang berisiko.

"Sebagian investor mulai mengalihkan dananya dalam aset mata uang safe haven, dalam hal ini dolar AS masih menjadi salah satu mata uang yang diincar oleh investor," ujarnya.

Ia mengharapkan bahwa menjelang penutupan akhir tahun ini pemerintah dapat bergerak cepat untuk menyerap anggaran belanja modal dalam rangka mendorong pembangunan infrastruktur.

"Infrastruktur yang membaik akan menopang pertumbuhan ekonomi domestik menjadi lebih baik serta menarik minat investor untuk masuk berinvestasi di dalam negeri yang akhirnya dapat menopang mata uang rupiah," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Jumat (27/11) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.747 dibandingkan hari sebelumnya (26/11) di posisi Rp13.733 per dolar AS.