Jakarta, 26/11 (Antara) - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Luhut Pandjaitan, mengatakan, pemerintah menggunakan pendekatan religius dan budaya dalam mengatasi masuknya pengaruh ISIS ke Tanah Air.

"Pemerintah Indonesia punya sikap beda. Kami mengedepankan pendekatan religius dan budaya untuk mengatasi ISIS," ujar dia pada Indonesian Palm Oil Conference 2015, di Nusa Dua, Bali, Kamis.

Menurut dia, pendekatan jalur militer seperti yang dilakukan Amerika Serikat di Timur Tengah dan Agfhanistan tidak akan berhasil untuk mengatasi masalah dan justru menimbulkan masalah baru.

Untuk itu, ia optimistis pendekatan agama dan budaya akan lebih berhasil. Namun, pemerintah juga berjaga-jaga menggunakan pendekatan keras.

Ia mengatakan pemerintah juga melakukan kerja sama intelijen dengan Australia untuk mengamati pergerakan organisasi tersebut.

Pandjaitan menilai ISIS yang muncul sekarang merupakan fenomena gunung es dan ia menduga di bawahnya lebih banyak gerakan yang dilakukan. Apalagi ISIS menggunakan sosial media untuk merekrut dan mencuci otak sasarannya.

"Segala kelaparan akan muncul ke atas dan merusak semua. Di Timur Tengah, instabilitas terjadi. Berapa ratus ribu orang mati di Suriah, berapa juta mengungsi, dan berapa orang yang masuk Eropa. Indonesia jangan sampai masuk situ," tutur dia.


Teror Paris pada Jumat, 13 November lalu, yang mematikan 129 orang dan melukai serius ratusan yang lain juga diakui ISIS sebagai aksi mereka.

Dalam mengatasi hal tersebut, ia mengajak semua pihak bekerja sama, diantaranya mengurangi risiko penyimpangan ideologi terjadi.

"Radikalisasi harus kerja sama seluruh stakeholders, NU, Muhammadyah dan semua elemen masyarakat, termasuk asosiasi kelapa sawit. Islam itu bukan ISIS, ISIS bukan Islam," kata dia.

Berdasarkan data inteligen, 800 warga Indonesia diduga bergabung dengan ISIS, 284 telah terindentifikasi dan 516 belum teridentifikasi.