Paris (ANTARA News) - Perdana Menteri Prancis, Manuel Valls, Selasa, mendesak Uni Eropa membatasi jumlah pendatang masuk ke kelompok tersebut, menyusul peningkatan masalah keamanan seusai serangan di Paris.

Menurut Valls, Eropa harus mengatakan tidak mampu lagi menampung banyak pendatang.

"Mengendalikan perbatasan luar sangat penting bagi masa depan Uni Eropa. Jika kita tidak melakukannya, orang akan berkata, 'Cukup, Eropa!," kata dia dalam makan siang dengan media asing, yang disiarkan majalah Jerman, Suddeutsche Zeitung.

Eropa berjuang berbulan-bulan untuk mengatasi krisis pendatang terbesar sejak Perang Dunia II, namun masalah keamanan meningkat sejak anggota kelompok bersenjata ISIS membunuh 130 orang di Paris pada 13 November, yang merupakan serangan terburuk di tanah Prancis.

Pada Jumat lalu, Uni Eropa sepakat segera mereformasi zona bebas paspor Schengen dalam pertemuan di Brussels, dimana Prancis juga mendorong skema kontroversial untuk mengumpulkan data penumpang pesawat.

Paris juga meningkatkan upaya untuk membentuk koalisi internasional melawan ISIS, yang telah mendeklarasikan diri sebagai khalifah di Suriah dan Irak.

Valls juga memperingatkan bahwa ISIS merupakan ancaman bagi Jerman dan Italia.

Ia mengatakan Uni Eropa harus melindungi diri dengan mengatasi akar masalah krisis pendatang dan memastikan jutaan orang yang melarikan diri dari Suriah mengungsi ke negara-negara tetangga yang berbatasan langsung dengan Irak dan Suriah daripada pergi ke Uni Eropa.

"Eropa harus menemukan cara untuk memastikan para pendatang pergi ke negara-negara tetangga Suriah. Jika tidak, kemampuan Eropa yang untuk secara efektif mengendalikan perbatasan, akan dipertanyakan," ujar Valls.

Komite Eropa, Selasa, mengadopsi kerangka hukum bagi Uni Eropa untuk memberikan bantuan keuangan ke Turki yang sedang menangani jutaan pengungsi Suriah, namun beberapa sumber menyebut bantuan sejumlah tiga miliar euro untuk Ankara tidak akan cukup.