Yogyakarta (ANTARA News) - Kereta listrik dinilai menjadi pilihan yang cukup efektif sebagai moda transportasi ke bandara baru DIY yang nantinya akan dibangun di Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo.

"Ada beberapa kelebihan yang dimiliki kereta listrik dibanding kereta diesel apabila akan digunakan sebagai moda transportasi massal ke bandara," kata Executive Vice President (EVP) PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi VI Yogyakarta Hendy Helmy di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, sejumlah kelebihan yang dimiliki kereta listrik dibanding kereta diesel di antaranya lebih fleksibel, perawatan lebih mudah dan sederhana, serta memiliki percepatan yang lebih baik dibanding kereta diesel.

Kereta tersebut juga bisa melaju dengan baik di berbagai jenis kemiringan, sehingga jalur bisa dibuat "underground" atau "elevated" di atas tanah.

Perkiraan waktu tempuh yang dibutuhkan kereta listrik untuk menempuh jarak sekitar 30 kilometer dari bandara baru ke Yogyakarta adalah sekitar 20 hingga 30 menit. Kereta diperkirakan bisa melaju dengan kecepatan sekitar 70 kilometer per jam.

Selain kereta listrik, Hendy juga berharap agar rel kereta yang nantinya melayani bandara dibuat baru sehingga tidak ada penumpukan jalur dengan kereta jarak jauh, serta meminimalisasi pertemuan dengan perlintasan sebidang.

"Jika nantinya kereta listrik tersebut diberangkatkan tiap lima menit dari stasiun, maka dimungkinkan pintu perlintasan kereta tidak akan pernah sempat terbuka. Bagaimana nanti dengan pengguna jalan lain," tuturnya.

Oleh karena itu, lanjut dia, PT KAI berharap agar pembangunan jalur kereta bisa menghindari perlintasan sebidang dengan cara pembuatan rel di dalam tanah atau melayang.

"Nantinya akan ada survei yang melihat apakah lebih efektif membangun rel secara underground atau elevated," ucapnya.

Selain menghubungkan bandara baru Yogyakarta, PT KAI juga merencanakan pembangunan kereta yang menghubungkan Bandara Adi Sumarmo Solo Jawa Tengah. Rencana pembangunan kereta yang menghubungkan bandara ditargetkan selesai pada 2019.

"Ada juga rencana menghidupkan jalur lama kereta yang sudah tidak digunakan lagi yaitu dari Yogyakarta ke Magelang serta pembangunan kereta komuter Yogyakarta dan komuter yang menghubungkan DIY bagian utara dan selatan," imbuhnya.

Pembangunan infrastruktur transportasi tersebut, lanjut Helmy menjadi bagian dari persiapan DIY untuk memberikan pelayanan kepada wisatawan yang diperkirakan akan semakin banyak berkunjung ke daerah itu.

"Berdasarkan peraturan, pendanaan pembangunan bisa dilakukan melalui departemen atau dari pemerintah daerah. Dari sisi perencanaan, sekitar 80 persen sudah matang," pungkasnya.