Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku sedih, jika ada yang mengeluhkan siap tidaknya Indonesia memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

"Saya sedih kalau ada yang ngeluh, apakah kita siap masuk MEA. Sebulan lagi kita baru bisa identifikasi produk yang bisa kita ekspor," kata Presiden dalam acara Penyerahan Penghargaan Produktivitas Paramakarya 2015 di Istana Negara Jakarta, Selasa.

Presiden berpesan kepada semua pihak, agar tidak usah khawatir yang berlebihan.

Presiden Jokowi pun menceritakan, saat berkunjung ke Malaysia, justru presiden, perdana menteri dan menteri negara lain yang berbisik bahwa mereka takut digempur produk Indonesia.

"Kalau kita yang takut, itu keliru. Mereka yang takut kita. Kok kita jadi takut mereka?," kata Presiden.

Presiden mengaku sudah menugaskan para menteri untuk mengidentifikasi barang-barang yang telah siap untuk masuk pasar MEA, termasuk sektor pedagang kaki lima (PKL).

"Saya bisa ngomong karena saya mulai dari PKL, mikro, belum masuk ke yang besar sudah jadi walikota, gubernur, dan sekarang jadi presiden," kata. Presiden.

Presiden mengatakan, sudah menugaskan Menteri Perdagangan untuk menyiapkan badan promosi ekspor sementara dewan penunjang ekspor akan mengurusi hal-hal pendukung seperti pewarnaan hingga packaging.

Pemerintah Daerah dan seluruh pihak juga diminta Presiden untuk bergerak mempersiapkan diri menjelang MEA, yang meliputi sepuluh negara anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

Mantan Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta itu pun mencontohkan, rendang juga bisa diekspor bukan justru masyarakat Indonesia dibuat kaget ketika ada rendang buatan negara lain masuk ke pasar domestik.

"Jadi, kita kerja keras untuk memanfaatkan peluang yang ada," kata mantan Wali Kota Solo itu.

Era saat ini, ditegaskan Presiden, merupakan era persaingan atau kompetisi, sehingga hanya mereka yang kompetitif atau berdaya saing yang bisa bertahan.

"Sekarang bukan persaingan individu dan individu, kota dan kota, provinsi dan provinsi, tapi sekarang negara dengan negara, antarnegara," demikian Presiden Jokowi.