Sinematografer George Kamarullah dianugerahi Lifetime Achievement
24 November 2015 02:06 WIB
Sinematografer George Kamarullah berbicara usai menerima piala citra dalam Malam Puncak Festival Film Indonesia (FFI) 2015, di Gedung ICE BSD City, Banten, Senin (23/11). George Kamarullah dianugerahi penghargaan "lifetime achievement", sebagai insan yang mendedikasikan dirinya untuk perfilman Indonesia. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
Tangerang Selatan, Banten (ANTARA News) - Sinematografer George Kamarullah dianugerahi penghargaan "lifetime achievement" pada malam puncak penganugerahaan Festival Film Indonesia (FFI) di ICE BSD City pada Senin malam.
Penghargaan untuk insan yang mendedikasikan hidupnya demi perfilman itu menjadi Piala Citra ketujuh bagi George.
"Saya pernah dapat tiga untuk editor dan tiga untuk kameramen. Ini saya maknai sebagai sebuah perjalanan panjang saya di dunia perfilman yang dihargai oleh panitia. Itu saja," jawab George singkat usai menerima penghargaan.
George menilai, saat ini sangat mudah bagi generasi muda untuk berkarya dengan dukungan teknologi dan kecanggihan peralatan yang ada oleh sebab itu, generasi masa kini harusnya terus kreativ dan selalu berkarya.
Di usia 18 tahun, George sudah menjadi editor dalam film, film suntingannya adalah Seputih Hatinya, Semerah Hatinya (1982), yang dibintangi Christine Hakim. Nama George kian melambung saat menjadi penata kamera pada film Tjoet Njak Dhien (1988). Dia pun menyabet Piala Citra untuk ketiga kalinya setelah Doea Tanda Mata (1985) dan Ibunda (1986).
Penghargaan untuk insan yang mendedikasikan hidupnya demi perfilman itu menjadi Piala Citra ketujuh bagi George.
"Saya pernah dapat tiga untuk editor dan tiga untuk kameramen. Ini saya maknai sebagai sebuah perjalanan panjang saya di dunia perfilman yang dihargai oleh panitia. Itu saja," jawab George singkat usai menerima penghargaan.
George menilai, saat ini sangat mudah bagi generasi muda untuk berkarya dengan dukungan teknologi dan kecanggihan peralatan yang ada oleh sebab itu, generasi masa kini harusnya terus kreativ dan selalu berkarya.
Di usia 18 tahun, George sudah menjadi editor dalam film, film suntingannya adalah Seputih Hatinya, Semerah Hatinya (1982), yang dibintangi Christine Hakim. Nama George kian melambung saat menjadi penata kamera pada film Tjoet Njak Dhien (1988). Dia pun menyabet Piala Citra untuk ketiga kalinya setelah Doea Tanda Mata (1985) dan Ibunda (1986).
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Tags: