Jakart (ANTARA News) - Harga daging sapi di wilayah DKI Jakarta yang hingga di atas Rp150.000/ kilogram tak hanya saat Lebaran, membuat Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) seringkali tak habis pikir.

Bagaimana mungkin Lebaran sudah berlalu tapi harga daging sapi tak kunjung turun, sehingga bukan tak mungkin itu semua dipermainkan oleh pedagang yang ingin mengambil keuntungan tak wajar.

Ahok pun minta dukungan Presiden Joko Widodo untuk menyelesaikan karut marut perdagangan daging sapi.

Pada Jumat (13/11) Ahok berada di kompleks Istana Kepresidenan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Jokowi soal impor sapi. "Soal sapi. Bikin kapal ternak, aku dari sini langsung ke Menteri Pertanian," ucap Ahok.

Pembicaraan dengan Presiden Jokowi, kata Ahok, antara lain meliputi soal impor sapi yang diperkirakan akan masuk ke Tanah Air dalam 10 hari.

"Kita juga harapkan nanti, impor sapi misal dari India atau dari mana, itu kasih kuota impornya ke Dharma Jaya, kita punya pasar kan, gitu konsepnya," ujarnya.

Sebanyak lima provinsi sentra peternakan sapi, yakni Jawa Timur, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan siap memasok ternak sapi ke DKI Jakarta untuk memenuhi konsumi daging di wilayah Ibu Kota.

Untuk merealisasikan hal itu, Gubernur DKI Basuki Tjahaya Purnama, Gubernur NTB Zainul Majdi, Gubernur NTT Frans Lebu Raya, serta perwakilan ketiga provinsi lainnya melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau "Memorandum of Understanding" (MoU) di Kementerian Pertanian, Jakarta, Jumat (13/11), dengan disaksikan Menteri Pertanian Amran Sulaiman.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan, dukungan pemerintah terhadap penyediaan daging sapi di Jakarta sebagai upaya untuk menstabilkan harga komoditas pangan hasil ternak tersebut, bukan merupakan monopoli terhadap perdagangan sapi. "Ini hanya untuk menstabilkan harga, lagi-lagi ini bukan monopoli," ujarnya.

Kementerian Pertanian menjembatani distribusi sapi dari daerah penghasil daging sapi ke DKI Jakarta, karena besarnya konsumsi daging di Jakarta yang mencapai setara 720 ribu ekor sapi dalam setahun atau 60.000 ekor per bulan.

Meskipun demikian, Amran Sulaiman tak dapat menjamin daerah-daerah "hinterland" sapi bagi Jakarta dapat memenuhi kebutuhan konsumsi sapi, oleh karena itu masih terdapat kemungkinan pemerintah melakukan impor sapi mengingat besarnya kebutuhan.

"Untuk Impor itu akan kita sesuaikan dengan kebutuhan, tidak dengan keinginan," tambah Mentan.

Menteri Amran Sulaiman menyatakan saat ini sapi-sapi dari Nusa Tenggara Timur (NTT) siap diangkut menggunakan kapal ternak untuk memasok kebutuhan daging DKI Jakarta.

"Sapi dari NTT akan diberangkatkan 1 Desember 2015," kata Mentan.

Mentan telah mengecek stok dan kondisi sapi siap potong di Instalasi Penampungan Hewan Karantina yang berlokasi di Pelabuhan Tenau, Kupang, NTT, guna memastikan kesiapan provinsi itu sebagai daerah pemasok sapi untuk kebutuhan nasional, dan khususnya DKI Jakarta.

Saat pengecekan tersebut, Mentan dan pengusaha bersepakat harga sapi Rp30.000 per kg bobot hidup. Dia menyatakan, selama ini sapi dari NTT yang masuk ke DKI Jakarta diangkut menggunakan kapal barang, sehingga kondisi ternak dalam keadaan stres dan kurus akibatnya bobotnya turun 20 hingga 30 persen.

Dengan adanya kapal khusus angkut sapi, tambahnya, dapat menekan penyusutan bobot sapi, menekan biaya angkut dan memberi keuntungan untuk konsumen dan pemilik atau pengusaha sapi.

"Harga sapi Rp30 ribu per kg bobot hidup, kalau susut bobot badannya 20 hingga 30 persen, maka ada Rp1,8 juta per ekor uang yang hilang. Jadi dengan kapal ternak khusus, 20 persenya bisa dinikmati konsumen dan pemilik sapi," ujar Mentan. Dengan harga tersebut, tambahnya, diharapkan sampai ke konsumen sekitar Rp80.000 per kilogram.

Tim khusus
Mentan menyatakan akan membentuk tim khusus dan menjamin proses administrasi maupun perizinan di Karantina menjadi lebih mudah dan cepat serta tidak ada pungutan biaya kecuali biaya angkut kapal guna mengawal pengapalan sapi dari NTT ke DKI Jakarta.

"Proses administrasi dan perizinan di Karantina selama ini satu minggu, sekarang hanya satu sampai dua hari saya minta selesai. Begitu sapinya datang langsung selesai dua hari dan langsung masuk kapal," tuturnya.

Kebutuhan daging sapi di wilayah Jabodetabek mencapai 600 ribu ton per tahun yang mana khusus DKI Jakarta, kebutuhanya sebesar 185 ribu ribu per tahun.

Menurut Amran, satu unit kapal ternak mampu mengangkut 500 ekor sapi, sedangkan saat ini pemerintah melalui Kementerian Perhubungan telah menyiapkan enam unit kapal ternak.

Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, Danny Suhadi mengatakan siap menyediakan sapi dan sarana pendukung lainnya untuk memasok daging sapi nasional maupun ke DKI Jakarta.

Sapi yang siap disediakan NTT untuk kebutuhan nasional yakni 57.536 ekor per tahun. Namun, lanjutnya, total sapi di NTT yakni sebanyak 865.731 ekor yang merupakan milik peternakan rakyat.

Pelabuhan ternak di NTT terdapat lima titik, yaitu Kupang, Wini (Pantai Utara), Atapupu (Timor), Sumba (Waingapu), dan Flores ( Reo, Flores Utara).

Menurut dia, sapi dari NTT yang sudah keluar secara keseluruhan 47.436 ekor, terdiri dari ke Kalimantan sebanyak 24 ribu ekor lebih, Jabodetabek 20.038 ekor, Sulawesi Selatan lebih kurang 1.700 ekor.

Presiden Joko Widodo memberikan apresiasi dengan hadirnya angkutan ternak yang memiliki kapasitas untuk 500 sapi, sehingga sapi dari Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak lagi diangkut dengan truk yang memiliki jarak yang sangat panjang.

"Kiriman sapi dari NTT pakai truk sampai di Jakarta sapinya lemas semuanya karena perjalanan yang sangat panjang, dan posisi sapinya tidak pada posisi yang baik," kata Presiden Joko Widodo ketika memberikan sambutan pada peresmian beberapa kapal di Bangkalan, Selasa (10/11).

Kapal Khusus Pengangkut Ternak KM Camara Nusantara 1 yang diresmikan Presiden memiliki 500 ruang yang diberikan untuk sapi dan standarnya juga internasional. Presiden meresmikan Kapal Khusus Pengangkut Ternak KM Camara Nusantara 1, Kapal Perintis Tipe 750 DWT KM Sabuk Nusantara 56 dan Kapal Perintis Tipe 750 DWT KM Sabuk Nusantara 55.

Dengan harga angkutan murah, kata Presiden, sehingga semua bisa bersaing. "Kekalahan kita selalu pada harga angkutan sampai bisa masuk ke Jakarta," kata Presiden.

Harga angkutan yang murah menjadikan produk dalam negeri dapat berkompetensi karena biaya transportasi sangat murah.

Presiden menjelaskan bahwa kekalahan produk Indonesia selalu pada biaya angkutan. "Sapi Australia bisa bersaing karena harga transportasi murah sekali," ucap Presiden.