BIN: kerja sama global kunci atasi terorisme
21 November 2015 07:46 WIB
Kepala BIN Sutiyoso memberi hormat saat akan menghadiri Sidang Tahunan MPR Tahun 2015 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (14/8). Sidang Tahunan MPR diselenggarakan dengan agenda penyampaian pidato Presiden Joko Widodo mengenai laporan kinerja lembaga-lembaga negara. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Kuala Lumpur (ANTARA News) - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso mengatakan kerja sama global merupakan kunci untuk mengatasi masalah terorisme.
"Kita semua sudah aware bahwa terorisme menjadi ancaman global karena itu tidak ada cara lain mengatasinya kecuali kerja sama," kata Sutoyoso di Kuala Lumpur, Jumat malam.
Ia menyebutkan kerja sama itu bukan saja antar negara ASEAN tetapi kerja sama secara global.
Ia menyebutkan sebelum peristiwa Paris, dirinya sudah ke Tiongkok, Australia, Timur Tengah, Amerika Serikat dan ASEAN Intelegence. Comunity (AIC) yang berpusat di Singapura.
"Semua membicarakan terorisme, artinya semua sudah aware bahwa terorisme merupakan ancaman global," katanya.
Ia menyebutkan di Indonesia masalah terorisme saat ini adem-adem saja, tetapi semua pihak harus meningkatkan kewaspdaaan bukan hanya aparat tetapi juga masyarakat.
"Mari kita dudukkan teror sebagai masalah bersama. Setiap individu juga harus menjadi mata telinga BIN. Yang saya minta beri informasi saja atas hal-hal yang dilihat aneh, janggal, mencurigakan. Ini indikasi dari teror, kalau dilaporkan kan bisa dicegah sejak dini," katanya.
Ia menyebutkan dalam menghadapi teror, masyarakat juga tidak perlu panik tetapi waspada dan bekerja sama dengan aparat.
Sutiyoso juga menyebutkan Islam di Indonesia merupakan islam moderat dan toleran sejak ratusan tahun lalu. "Belakangan sejak mulai membaik ekonomi, sejumlah pemuda belajar di Timur Tengah lalu kenal Islam aliran keras," katanya.
Sutiyoso mengimbau ulama meningkatkan perannya dalam memerangi terorisme. "Berikan cermah ke anak muda bahwa Islam adalah rahmatin lil alamin," katanya.
"Kita semua sudah aware bahwa terorisme menjadi ancaman global karena itu tidak ada cara lain mengatasinya kecuali kerja sama," kata Sutoyoso di Kuala Lumpur, Jumat malam.
Ia menyebutkan kerja sama itu bukan saja antar negara ASEAN tetapi kerja sama secara global.
Ia menyebutkan sebelum peristiwa Paris, dirinya sudah ke Tiongkok, Australia, Timur Tengah, Amerika Serikat dan ASEAN Intelegence. Comunity (AIC) yang berpusat di Singapura.
"Semua membicarakan terorisme, artinya semua sudah aware bahwa terorisme merupakan ancaman global," katanya.
Ia menyebutkan di Indonesia masalah terorisme saat ini adem-adem saja, tetapi semua pihak harus meningkatkan kewaspdaaan bukan hanya aparat tetapi juga masyarakat.
"Mari kita dudukkan teror sebagai masalah bersama. Setiap individu juga harus menjadi mata telinga BIN. Yang saya minta beri informasi saja atas hal-hal yang dilihat aneh, janggal, mencurigakan. Ini indikasi dari teror, kalau dilaporkan kan bisa dicegah sejak dini," katanya.
Ia menyebutkan dalam menghadapi teror, masyarakat juga tidak perlu panik tetapi waspada dan bekerja sama dengan aparat.
Sutiyoso juga menyebutkan Islam di Indonesia merupakan islam moderat dan toleran sejak ratusan tahun lalu. "Belakangan sejak mulai membaik ekonomi, sejumlah pemuda belajar di Timur Tengah lalu kenal Islam aliran keras," katanya.
Sutiyoso mengimbau ulama meningkatkan perannya dalam memerangi terorisme. "Berikan cermah ke anak muda bahwa Islam adalah rahmatin lil alamin," katanya.
Pewarta: Agus Salim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Tags: